Alat Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pelaksanaan pendidikan sejak jaman silam sampai sekarang ini ternyata para pendidik telah mempergunakan alat pendidikan yang bermacam-macam walaupun diakui alat pendidikan yang digunakan ada kekurangannya
Pada dasarnya tidak menggariskan secara jelas mengenai alat pendidikan ini dan hal ini diserahkan kepada pendidik untuk memilih alat mana yang paling cocok dan yang tepat untuk digunakan.
Banyaknya salah persepsi pendidik dalam menggunakan alat pendidikan yang mengakibatkan sesuatu yang buruk terjadi pada anak didik misalnya hukuman yang bersifat membawa anak didik cedera. Karena pada dasarnya persepsi orang akan hukuman adalah tindakah yang dijatuhkan kepada anak yang melanggar walaupun dengan bentuk apapun. Hukuman itu dan dilakukan dengan cara tidak sadar dan sengaja tanpa melihat hal buruk apa yang akan terjadi pada anak didik dan hukuman itu bukan dengan harapan agar anak tersebut menyadari kesalahannya dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
Oleh karena itu, kami menjelaskan secara rinci dalam makalah kami pengertian dan jenis alat pendidikan dari beberapa pendapat, antara pendapat yang satu sengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan beserta macam alat pendidikan dan karakteristiknya agar tidak ada salah pendapat antar persepsi alat pendidikan menurut orang pada umumnya dan penggunaa alat yang sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
Maka dari hal diatas penulis menjabarkan tentang beberapa rumusan masalah
1. Apa pengertian alat pendidikan?
2. Apa saja jenis alat pendidikan dan karakteristik nya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami apa pengertian pendidikan, alat-alat apa saja yang digunakan sehingga bisa dimengerti dan menerapkan nya untuk tercapainya tujuan pendidikan dan agar kelak anak didik menjadi manusia berkepribadian muslim yang di ridhoi oleh Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alat Pendidikan
Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Amien Daien Indra Kusuma membedakan antara faktor dengan alat pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasil tidaknya pendidilkan. Sedangkan alat adalah langkah – langkah yang di ambil demi kelancaran proses pendidikan. Dengan demikian, alat pendidikan menurut Indrakusuma berupa usaha dan perbuatan.[1]
Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek fungsinya, yakni : alat sebagai perlengkapan , alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan (untuk mencapai tujuan selanjutnya). Menurut pendapat ini, alat pedidikan bisa berupa usaha atau perbuatan atau berupa benda atau perlengkapan yang bisa memperlancar atau mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam praktik pendidikan, istilah pendidikan sering diidentikkan dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas daripada media.
Media pendidikan adalah ”Alat, metode dan tekhnik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.”[2]
B. Jenis Alat Pendidikan
Ahmad D. Marimba membagi alat pendidikan ke dalam tiga bagian:
1. Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengetahuan hafalan. Alat-alat ini dapat disebut alat-alat untuk pembiasaan
2. Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara-cara berfikir.
3. Alat-alat yang membawa ke arah keheningan batin, kepercayaan dan pengarahan diri sepenuhnya kepada-nya.
Di samping pembagian di atas, D. Marimba juga membagi alat pendidikan ke dalam dua bagian, yaitu:
- Alat-alat langsung, yaitu alat-alat yang bersifat menganjurkan sejalan dengan maksud usaha (alat-alat positif)
- Alat-alat tidak langsung, yaitu alat-alat yang bersifat pencegahan dan pembasmian hal-hal yang bertentangan dengan maksud usaha.[3]
Suwarno membedakan alat-alat pendidikan dari berapa segi berikut:
1. Alat pendidikan positif dan negative; Positif, jika ditunjukkan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik, misalnya: contoh yang baik pembiasaan, perintah, pujian, dan ganjaran. Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik jangan mengerjakan sesuatu yang jelek, misalnya: larangan, celaan, peringatan, ancaman, hukuman.
2. Alat pendidikan preventif dan korektif, Preventif, jika maksudnya mencegah anak sebelum ia berbuat sesuatu yang tidak baik. Misalnya pembiasaan, perintah, pujian, ganjaran Korektif, jika maksudnya memperbaiki, karena anak telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang buruk. Misalnya, celaan, ancaman, hukuman.
3. Alat pendidikan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan yaitu menimbulkan perasaan senang pada anak-anak. Misalnya, pengajaran dan pujian. Tidak menyenangkan, yaitu yang menimbulkan perasaan tidak senang pada anak-anak. Misalnya, hukuman dan celaan.
Madyo Ekosusilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua kelompok, yaitu :
- Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya, papan tulis, OHP dan lain-lain.
- Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa keadaan kondisi, tindakan dan perbuatan yang diadakan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas, pembagian alat pendidikan yang dibuat Madyo Eko Susila, material dan non material bisa mewakili pendapat – pendapat lainnya. Hanya untuk alat pendidikan yang bersifat material, lebih tepat disenut mesia pembelajaran atau peralatan belajar.[4]
C. Hukuman dan Ganjaran sebagai Alat Pendidikan
Hukuman dan ganjaran sama – sama sebagai alat pendidikan. Namun, keduanya memiliki perbedaan dan saling bertentangan. Hukuman membuat anak senang. Kedua alat tersebut sering dilakukan guru untuk mencapai tujuan, lendati dalam banyak kasus sering berlebihan, terutama dalam hal penggunaan hukuman.
- Hukuman
Pada dasarnya, hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak didik yang melanggar, dilakukan secara sadar dan sengaja, dengan harapan agar anak tersebut menyadari kesalahannya dan berjanji tidak akan mengikanginya lagi.
- Teori hukuman alam (biarkan anak dihukum secara alami akibat perbuatannya sendiri. Misalnya, jika anak suka naik pohok, suatu ketika ia akan jatuh yang mungkin dia patah. Banyak pihak menolak teori ini, karena sering kali hukuman alam lebih berat dari perbuatannya).
- Teori ganti rugi, hukulan diberikan dengan cara meminta agar anak bertanggung jawab atau menaggung resiko dari perbuatannya.
- Teori menakut – nakuti, hukuman dimaksudkan untuk menakut –nakuti anak agar anak tidak melakukan pelanggaran.
- Teori balas dendam, hukuman dilakukan karena mendendam.
- Teori memperbaiki, hukuman dilakukan dengan maksud menyadarkan anak agar tidak mengulangi lagi perbuatannya.[5]
Dari sekian banyak teori di atas, hanya teori ke
a. Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang.
b. Pemberian hukuman harus didasarkan pada alasan "keharusan".
c. Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada hati anak.
d. Pemberian hukuman harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan pada anak.
e. Pemberian hukuman harus diikuti dengan pengampunan dan disertai harapan serta kepercayaan. [6]
- Ganjaran
Jika hukuman sebagai alat pendidikan bernuansa menakutkan, maka ganjaran justru sebaliknya, membuat anak senang dan termotivasi. Karena itu, alangkah arifnya apabila semaksimal mungkin menghindari hukuman dan lebih banyak memberikan ganjaran dalam menghadapi persoalan – persoalan anak. Sebab, untuk membuat anak sadar dari kekeliruan, tisak hanya dilakukan dengan cara menghukum, melalui ganjaranpun anak bisa sadar, yakni melalui pendekatan kasih sayang dan pujian.
a. Pujian, bisa berupa kata - kata yang bersifat sugestif (seperti kata; baik, bagus, baik sekali) atau berupa isyarat – isyarat (seperti; menepuk bahu anak, tepuk tangan).
b. Penghormatan, bisa berupa penobatan (seperti; dinobatkan sebagai juara kelas) atau pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu (seperti; anak yang berhasil menjawab soal sulit, disuruh mengerjakan di papan tulis agar dicontoh oleh temannya).
c. Hadiah, maksudnya pemberian ganjaran berupa hadiah barang. Misalnya anak yang bisa menjawab pertanyaan sulit, diberi hadiah buku.
d. Tanda penghargaan, maksudnya pemberian ganjaran berupa hadiah non material. Seperti, anak yang berprestasi diberi sertifikat[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh dan diperuntukkan bagi manusia. Pemahaman yang benar dan tepat tentang manusia dan alat - alat pendidikan diperlukan terutama oleh pendidik dan calon-calon pendidik dalam dunia pendidikan karena mereka dipersiapkan meretas manusia-manusia baru
Karena itu diharapkan akan menjadi salah satu acuan bagi pendidik dilingkungan dalam menelusuri dan memahami secara kritis hakekat alat-alat pendidikan . dan anak didik yang sesuai dengan ketentuan yang ada.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, karena itu, kepada para pembaca dan para pakar pendidikan dimohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini pada penulisan selanjutnya
Semoga makalah ini benar-benar bemanfaat, khususnya bagi mahasiswa fakultas tarbiyah dan umumnya para pembaca yang budiman dan beriman.
DAFTAR PUSTAKA
Indrakusuma, Amien Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Marimba, Ahmad D.. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.
Ekosusilo, Madyo. Dasar-Dasar Pendidikan.
[1] Amier Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya : Nasional, 1973), hlm. 137-162
[2] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pandidikan Islam (Bandung : Ma'arif, 1987), hlm. 51
[3] Ibid, hlm. 54.
[4] Madyo Ekosusilo, Dasar-Dasar Pendidikan. (Semarang: Affhas Publishing, 1985)hlm.43.
[5] Ibid, hlm. 155-156.
[6] Ibid, hlm, 156-158.
[7] Ibid, hlm. 159-161.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar