MAKALAH
TEORI-TEORI KURIKULUM
BAHASA ARAB
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Pengembangan Kurikulum BA Yang Dibina
Oleh Bapak A. Mukhlis, MA
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PAMEKASAN
2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan tidak lupa kami haturkan selaksa sholawat dan salam kepada sang baginda Nabi tercinta pembawa kedamaian bagi seluruh alam semesta sekaligus dipuja oleh jutaan insan yang bertakwa yakni Muhammad Ibn Abdillah.
Dan kami tidak lupa pula ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada teman-teman yang telah ikut serta berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat memberi konstribusi sebagai wahana dalam rangka memperluas wawasan saudara-saudara khususnya pribadi penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini berkembang suatu anggapan bahwa pendidikan bukan lagi merupakan suatu ilmu, melainkan suatu teknologi. Hal ini disebabkan oleh upaya pengembangan dan penyempurnaan pendidikan, khususnya kurikulum, lebih banyak datang dari pengalaman praktik di sekolah, dibandingkan dengan dari penerapan teori-teori yang sudah mapan. Perubahan atau penambahan isi kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis. Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis itulah, masa berlaku suatu kurikulum tidak bisa lama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan di atas, di dalam makalah ini akan diuraikan apa, mengapa dan bagaimana teori, khususnya pentingnya dasar-dasar teoritis dalam pengembangan suatu kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna teori
Manusia berusaha untuk memahami keanekaragaman dunia kenyataan dengan membentuk konsep-konsep, dengan mencari kesamaan dan perbedaan-perbedaan dalam fakta-fakta yang diamatinya di dunia sekitarnya. Dengan konsep itu ia menggolong-golongkan hasil pengamatannya dalam kategori-katerogi tertentu. Konsep-kosep merupakan alat yang penting sekali untuk memahami dunia sekitarnya sebagai kenyataan yang ada aturannya. Dengan kosep-konsep yang abstrak itu ia menguasai dan melihat hubungan antara unsur-unsur realitas.[1]
Berdasarkan konsep-konsep itu ia membentuk generalisasi yang lebih tinggi berupa prinsip-prinsip pokok yang merupakan alat yang lebih ampuh dan luas untuk memahamai dunia sekitar. Akan tetapi alat yang paling abstrak dan paling umu iala teori. Teori memungkinkan manusia melihat hubungan yang lebih mendasar antara aspek-aspek dunia kenyataan. Teori membuka kemungkinan menyusun suatu pandangan yang lebih sistematis dan merupakan suatu syarat penting dalam pengembangan ilmu dalam tiap disiplin.
Teori adalah alat suatu disiplin ilmu dengan (1) menentukan orientasi atau arah ilmu itu, menentukan data apa yang harus dikumpulkan, (2) memberikan kerangka konseptual tentang cara mensistematisasi, mengkategorisasi dan mengadakan interrelasi data, (3) merangkum fakta-fakta menjadi generalisasi empiris dan sistem generalisasi, (4) meramalkan fakta-fakta, (5) menunjukkan kekurangan-kekurangan dalam pengetahuan kita tentang disiplin ilmu itu (Goode and Hatt 5, h. 8).[2]
B. Definisi teori kurikulum
Teori kurikulum sangat penting bagi para ahli dan praktisi, sebab teori ini menyediakan seperangkat konseptual untuk penelitian proposal kurikulum, mampu menjelaskan praktek, dan memandu perubahan Suatu teori kurikulum adalah seperangkat konsep bidang pendidikan yang sistematis yang memperjelas gejala/ aspek kurikulum.[3] Teori kurikulum merupakan teori suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkaian kejadian. Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi deskriptif atau fungsional, suatu konstruktif fungsional, asumsi-asumsi, hipotesis, generalisasi, hukum, atau teorem-teorem. Isi rumusan-rumusan tersebut ditentukan oleh lingkup dari rentetan kejadian yang dicakup, jumlah pengetahuan empiris yang ada, dan tingkat keluasan dan kedalam teori dan penelitian di sekitar kejadian-kejadian tersebut. [4]
Kalau konsep itu diterapkan dalam kurikulum, maka dapatlah dirumuskan tentang teori kurikulum, yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Bahan kajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan penentuan keputusan, penggunaan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum, dan lain-lain.[5]
Menurut Beauchamp teori kurikulum adalah sekumpulan pernyataan yang berhubungan yang memberi arti terhadap kurikulum sekolah dengan titik beratnya pada hubungan antar elemen, perkembangan, penggunaan, dan evaluasi.[6]
C. Fungsi teori kurikulum
Di sini terdapat dua pendirian. Yang pertama ialah yang memandang fungsi teori kurikulum sebagai kegiatan intelektual untuk memahami misalnya hakikat ”pengalaman” dalam pendidikan dan pengajaran secara internal dan eksistensial. Dalam kegiatan intelektual itu mereka kebanyakan menggunakan ilmu-ilmu sosial atau behavioral sciences, falsafah, sejarah, agama dan sebagainya. Mereka juga menggunakan intuisi untuk memahaminya. Akan tetapi mereka tidak menggunakan penelitian empiris. Bagi mereka teori kurikulum dimaksudkan bukanlah untuk memberi pegangan bagi pelaksanaan kurikulum dalam praktek pengajaran.[7]
Mereka antara lain mempersoalkan masalah keunikan dan kebebasan individu, temporalitas dalam eksistensi, dan memandang kurikulum sebagai usaha moril dan tidak sebagai masalah teknik. Tujuan teori bagi mereka ialah mengembangkan dan mengkritik konsep-konsep tentang kurikulum dengan harapan dengan ide-ide baru tentang kurikulum.
Pendirian kedua yang dianut oleh kebanyakan ahli teori kurikulum mencari pendekatan rasional tentang cara-cara atau metode-metode untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan dengan berpegang pada data empiris untuk menvalidasi keampuhan alat-alat itu dalam mencapai sasarannya. Jadi golongan ini melihat hubungan erat antara teori dan praktek.[8]
Kebanyakan ahli filsafat ilmu pengetahuan berfikir bahwa teori kurikulum hanya mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menguraikan, untuk menjelaskan dan untuk meramalkan. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan, selain dari tiga tujuan diatas, juga mempunyai dua fungsi tambahan. Beberapa ahli teori, seperti Michael Appel, tujuan dari kurikulum yaitu supaya menjadi lebih kritis. Sedangkan menurut Ralph Tyler tujuan dari teori kurikulum yaitu untuk dipraktekkan.
Untuk memperoleh efek kumulatif yang maksimum. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang ditingkatkan dan yang disuling oleh suatu proses evaluasi.[9]
Faix'S ( 1964) menggolongan langkah-langkah pengembangan teori yang nampak bermanfaat.
Langkah pertama Teori basis dasar adalah suatu langkah awal bersifat untung-untungan, di mana suatu teori belum dihubungkan dengan data empiris. dasar Teori menetapkan hipotesis belum diuji atas, melibatkan sedikit variabel, dan menggunakan konsep yang belum sistematis
Langkah kedua Middle-Range teorimeliputi hipotesis yang telah pernah diuji. Suatu usaha telah dibuat untuk menghapuskan mau tidak mau hubungan dan variabel oleh penggunaan model dan pengujian. hasil penyamarataan dan Hukum bersifat percobaan, dan teori dapat digunakan untuk menerangi, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa
Langkah ketiga Teori umum adalah suatu sistem yang teoritis umum atau suatu bagan konseptual inclusif untuk menjelaskan suatu keseluruhan pengetahuan. teori umum Usaha untuk mengintegrasikan yang kata pengetahuan yang memproduksi dari middle-range teori. Artikulasi Beauchamp's teori kurikulum boleh jadi dilihat sebagai suatu usaha untuk menyajikan suatu teori umum, walaupun beberapa akan mengkritik kedangkalan tentang pondasi empiris nya ( Beauchamp, 1981).
D. Penggolongan teori kurikulum
Penggolongan menurut McNeil (1985) yaitu kurikulum sederhana/ mudah dan kurikulum kompleks/ sulit. Pinar (1978) menggolongkan teori kurikulum menjadi 3, yaitu Aliran Tradisional.
Eisner dan Vallance (1974) menggolongkan teori kurikulum kedalam 5 konsepsi. (1) Kurikulum yang berorientasi pada aspek kognitif, terkait dengan pengembangan intelektual.(2) Kurikulum yang berbasis teknologi, dalam hal ini fungsi kurikulum terutama adalah untuk menemukan alat-alat efisien.(3) Kurikulum yang berorientasi pada aktualisasi diri, memandang kurikulum sebagai pengalaman yang didesain untuk menghasilkan pertumbuhan pribadi.(4) Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi social, menekankan pada kebutuhan bermasyarakat.(5) Kurikulum berorientasi pada rasionalisme akademis, menekankan pentingnya standard disiplin dalam membantu yang muda berpartisipasi dalam tradisi kultural barat.
Huenecke'S (1982) menggolongkan 4 jenis teori kurikulum, yaitu (1) Teori yang berorientasi pada structural, menganalisis komponen kurikulum dan hubungan timbal balik antarkomponen. (2) Teori yang berorientasi pada nilai, mengutamakan analisis nilai dan asumsi dari pembuatan kurikulum serta produk yang dihasilkan oleh para pembuat kurikulum. (3) Teori yang berorientasi pada isi, berkonsentrasi pada isi dari kurikulum.(4) Teori yang berorientasi pada proses, berkonsentrasi pada bagaimana kurikulum dikembangkan.
E. Yang dapat diharapkan dari teori kurikulum
Teori kurikulum hendaknya memberikan kepada pada pelaksana pendidikan alat-alat intelektual untuk mengkonsepsualisasikan situasi pendidikan yang mereka dihadapi serta membantu mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat untuk dijawab. Teori kurikulum sedapatnya menjelaskan dan meramalkan hubungan antara berbagai variable dengan tujuan, proses belajar, dan perencanaan program.[10]
James B. Macdonald menganggap bahwa teori kurikulum :
1. Memberikan kerangka pegangan dalam pengembangan dan penelitian kurikulum serta alat menilai perkembangan kurikulum itu. Jadi teori kurikulum merupakan titik tolak bagi penentuan dan pengarahan kegiatan pengembangan kurikulum.
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan variable-variable dan hubungannya dengan aspek-aspek kurikulum yang dapat divalidasikan secara empiris.
3. Memberikan suatu perangkat prinsip-prinsip dan hubungan-hubungan yang dapat ditest secara empiris untuk mengembangkan kurikulum.
4. Merupakan kegiatan intelektual yang kreatif dengan mengembangkan serta mengkritik sistem-sistem konseptual yang ada dengan harapan akan timbulnya ide-ide dan cara-cara baru dalam mempersoalkan kurikulum yang lebih bermanfaat dari pada yang sekarang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Teori adalah syarat mutlak bagi pengembangan disiplin ilmu.
- Ada dua pendekatan mengenai teori kurikulum. Yang pertama bersifat teoritis-filosofis yang memikirkan konsep-konsep pokok dalam kurikulum. Yang kedua, melihat hubungan antara teori dan praktek dan menguji kebenaran teori dengan penelitian empiris.
- Teori kurikulum diharapkan dapat membantu pendidik mengkonsepsualisasikan situasi pendidikan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat untuk dijawab.
- Teori kurikulum juga diharapkan memberi pegangan dalam pengembangan dan penelitian kurikulum serta memberi dasar yang lebih ilmiah kepada pemikiran dan pelaksanaan kurikulum.
B. Saran
Alhamdulillah kami panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kami atas selesainya makalah ini. Namun dengan selesainya bukan berarti telah sempurna, karena kami sebagai manusia sadar, bahwa dalam diri kami tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja kami.
Oleh karena itulah saran serta kritik yang bersifat membangun dari saudara selalu kami nantikan.untuk dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sihingga kami terus termotivasi kearah yang lebih baik tentunya dimasa masa yang akan datang.akhirnya kami ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.
DAFTAR PUSTAKA
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum,PT. Cintra Aditya Bakti, Bandung, 1993
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,PT. Rejama Rosdakarya, Bandung, 1997
Www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/1412200794601_MID_KABUTEKS_II_JADI.doc -
Hanckey.pbwiki.com/f/teori kurikulum (2).ppt
Www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/18122007183554_tugas_pak_halil.doc
[1] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum,PT. Cintra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm., 171
[2] Ibid, hlm., 172
[3] www.uny.ac.id/akademik/sharefile/ files/1412200794601_MID_KABUTEKS_II_JADI.doc -
[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,PT. Rejama Rosdakarya, Bandung, 1997, hlm., 26
[5] Ibid, hlm., 27
[6] Hanckey.pbwiki.com/f/teori kurikulum (2).ppt
[7] Nasution, Pengembangan, hlm., 172
[8] Ibid. Hlm., 173
[9] www.uny.ac.id/akademik/sharefile/ files/18122007183554_tugas_pak_halil.doc
[10] Nasution, Pengembangan, hlm., 173