"الله جميل يحبّ الجمال"

Allah Itu Indah, Mencintai Keindahan

Sabtu, 13 Juni 2009

TEORI-TEORI KURIKULUM BAHASA ARAB

MAKALAH

TEORI-TEORI KURIKULUM

BAHASA ARAB

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata

Kuliah Pengembangan Kurikulum BA Yang Dibina

Oleh Bapak A. Mukhlis, MA

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN)

PAMEKASAN

2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan tidak lupa kami haturkan selaksa sholawat dan salam kepada sang baginda Nabi tercinta pembawa kedamaian bagi seluruh alam semesta sekaligus dipuja oleh jutaan insan yang bertakwa yakni Muhammad Ibn Abdillah.

Dan kami tidak lupa pula ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada teman-teman yang telah ikut serta berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat memberi konstribusi sebagai wahana dalam rangka memperluas wawasan saudara-saudara khususnya pribadi penulis.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini berkembang suatu anggapan bahwa pendidikan bukan lagi merupakan suatu ilmu, melainkan suatu teknologi. Hal ini disebabkan oleh upaya pengembangan dan penyempurnaan pendidikan, khususnya kurikulum, lebih banyak datang dari pengalaman praktik di sekolah, dibandingkan dengan dari penerapan teori-teori yang sudah mapan. Perubahan atau penambahan isi kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis. Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis itulah, masa berlaku suatu kurikulum tidak bisa lama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan di atas, di dalam makalah ini akan diuraikan apa, mengapa dan bagaimana teori, khususnya pentingnya dasar-dasar teoritis dalam pengembangan suatu kurikulum.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna teori

Manusia berusaha untuk memahami keanekaragaman dunia kenyataan dengan membentuk konsep-konsep, dengan mencari kesamaan dan perbedaan-perbedaan dalam fakta-fakta yang diamatinya di dunia sekitarnya. Dengan konsep itu ia menggolong-golongkan hasil pengamatannya dalam kategori-katerogi tertentu. Konsep-kosep merupakan alat yang penting sekali untuk memahami dunia sekitarnya sebagai kenyataan yang ada aturannya. Dengan kosep-konsep yang abstrak itu ia menguasai dan melihat hubungan antara unsur-unsur realitas.[1]

Berdasarkan konsep-konsep itu ia membentuk generalisasi yang lebih tinggi berupa prinsip-prinsip pokok yang merupakan alat yang lebih ampuh dan luas untuk memahamai dunia sekitar. Akan tetapi alat yang paling abstrak dan paling umu iala teori. Teori memungkinkan manusia melihat hubungan yang lebih mendasar antara aspek-aspek dunia kenyataan. Teori membuka kemungkinan menyusun suatu pandangan yang lebih sistematis dan merupakan suatu syarat penting dalam pengembangan ilmu dalam tiap disiplin.

Teori adalah alat suatu disiplin ilmu dengan (1) menentukan orientasi atau arah ilmu itu, menentukan data apa yang harus dikumpulkan, (2) memberikan kerangka konseptual tentang cara mensistematisasi, mengkategorisasi dan mengadakan interrelasi data, (3) merangkum fakta-fakta menjadi generalisasi empiris dan sistem generalisasi, (4) meramalkan fakta-fakta, (5) menunjukkan kekurangan-kekurangan dalam pengetahuan kita tentang disiplin ilmu itu (Goode and Hatt 5, h. 8).[2]

B. Definisi teori kurikulum

Teori kurikulum sangat penting bagi para ahli dan praktisi, sebab teori ini menyediakan seperangkat konseptual untuk penelitian proposal kurikulum, mampu menjelaskan praktek, dan memandu perubahan Suatu teori kurikulum adalah seperangkat konsep bidang pendidikan yang sistematis yang memperjelas gejala/ aspek kurikulum.[3] Teori kurikulum merupakan teori suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkaian kejadian. Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi deskriptif atau fungsional, suatu konstruktif fungsional, asumsi-asumsi, hipotesis, generalisasi, hukum, atau teorem-teorem. Isi rumusan-rumusan tersebut ditentukan oleh lingkup dari rentetan kejadian yang dicakup, jumlah pengetahuan empiris yang ada, dan tingkat keluasan dan kedalam teori dan penelitian di sekitar kejadian-kejadian tersebut. [4]

Kalau konsep itu diterapkan dalam kurikulum, maka dapatlah dirumuskan tentang teori kurikulum, yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Bahan kajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan penentuan keputusan, penggunaan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum, dan lain-lain.[5]

Menurut Beauchamp teori kurikulum adalah sekumpulan pernyataan yang berhubungan yang memberi arti terhadap kurikulum sekolah dengan titik beratnya pada hubungan antar elemen, perkembangan, penggunaan, dan evaluasi.[6]


C. Fungsi teori kurikulum

Di sini terdapat dua pendirian. Yang pertama ialah yang memandang fungsi teori kurikulum sebagai kegiatan intelektual untuk memahami misalnya hakikat ”pengalaman” dalam pendidikan dan pengajaran secara internal dan eksistensial. Dalam kegiatan intelektual itu mereka kebanyakan menggunakan ilmu-ilmu sosial atau behavioral sciences, falsafah, sejarah, agama dan sebagainya. Mereka juga menggunakan intuisi untuk memahaminya. Akan tetapi mereka tidak menggunakan penelitian empiris. Bagi mereka teori kurikulum dimaksudkan bukanlah untuk memberi pegangan bagi pelaksanaan kurikulum dalam praktek pengajaran.[7]

Mereka antara lain mempersoalkan masalah keunikan dan kebebasan individu, temporalitas dalam eksistensi, dan memandang kurikulum sebagai usaha moril dan tidak sebagai masalah teknik. Tujuan teori bagi mereka ialah mengembangkan dan mengkritik konsep-konsep tentang kurikulum dengan harapan dengan ide-ide baru tentang kurikulum.

Pendirian kedua yang dianut oleh kebanyakan ahli teori kurikulum mencari pendekatan rasional tentang cara-cara atau metode-metode untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan dengan berpegang pada data empiris untuk menvalidasi keampuhan alat-alat itu dalam mencapai sasarannya. Jadi golongan ini melihat hubungan erat antara teori dan praktek.[8]

Kebanyakan ahli filsafat ilmu pengetahuan berfikir bahwa teori kurikulum hanya mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menguraikan, untuk menjelaskan dan untuk meramalkan. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan, selain dari tiga tujuan diatas, juga mempunyai dua fungsi tambahan. Beberapa ahli teori, seperti Michael Appel, tujuan dari kurikulum yaitu supaya menjadi lebih kritis. Sedangkan menurut Ralph Tyler tujuan dari teori kurikulum yaitu untuk dipraktekkan.

Untuk memperoleh efek kumulatif yang maksimum. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang ditingkatkan dan yang disuling oleh suatu proses evaluasi.[9]

Faix'S ( 1964) menggolongan langkah-langkah pengembangan teori yang nampak bermanfaat.

Langkah pertama Teori basis dasar adalah suatu langkah awal bersifat untung-untungan, di mana suatu teori belum dihubungkan dengan data empiris. dasar Teori menetapkan hipotesis belum diuji atas, melibatkan sedikit variabel, dan menggunakan konsep yang belum sistematis

Langkah kedua Middle-Range teorimeliputi hipotesis yang telah pernah diuji. Suatu usaha telah dibuat untuk menghapuskan mau tidak mau hubungan dan variabel oleh penggunaan model dan pengujian. hasil penyamarataan dan Hukum bersifat percobaan, dan teori dapat digunakan untuk menerangi, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa

Langkah ketiga Teori umum adalah suatu sistem yang teoritis umum atau suatu bagan konseptual inclusif untuk menjelaskan suatu keseluruhan pengetahuan. teori umum Usaha untuk mengintegrasikan yang kata pengetahuan yang memproduksi dari middle-range teori. Artikulasi Beauchamp's teori kurikulum boleh jadi dilihat sebagai suatu usaha untuk menyajikan suatu teori umum, walaupun beberapa akan mengkritik kedangkalan tentang pondasi empiris nya ( Beauchamp, 1981).

D. Penggolongan teori kurikulum

Penggolongan menurut McNeil (1985) yaitu kurikulum sederhana/ mudah dan kurikulum kompleks/ sulit. Pinar (1978) menggolongkan teori kurikulum menjadi 3, yaitu Aliran Tradisional. Tyler memandang kurikulum sebagai kelas, guru, kursus, unit, pelajaran, dan sebagainya. Hirsch memasukkan konsep pengetahuan dasar dan budaya literasi dalam kurikulum sekolah. Aliran Empirisme Konseptual terfokus pada metodologi riset dari ilmu-ilmu eksakta dan mencoba untuk menghasilkan penyamarataan yang akan memungkinkan pendidik untuk mengendalikan dan meramalkan apa yang terjadi di sekolah. Aliran Rekonseptualis, menekankan kesubyektipan, pengalaman eksistensial, dan seni penafsiran dalam rangka mengungkapkan konflik kelas dan hubungan kekuasaan yang berbeda yang ada dalam masyarakat yang lebih besar.

Eisner dan Vallance (1974) menggolongkan teori kurikulum kedalam 5 konsepsi. (1) Kurikulum yang berorientasi pada aspek kognitif, terkait dengan pengembangan intelektual.(2) Kurikulum yang berbasis teknologi, dalam hal ini fungsi kurikulum terutama adalah untuk menemukan alat-alat efisien.(3) Kurikulum yang berorientasi pada aktualisasi diri, memandang kurikulum sebagai pengalaman yang didesain untuk menghasilkan pertumbuhan pribadi.(4) Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi social, menekankan pada kebutuhan bermasyarakat.(5) Kurikulum berorientasi pada rasionalisme akademis, menekankan pentingnya standard disiplin dalam membantu yang muda berpartisipasi dalam tradisi kultural barat.

Huenecke'S (1982) menggolongkan 4 jenis teori kurikulum, yaitu (1) Teori yang berorientasi pada structural, menganalisis komponen kurikulum dan hubungan timbal balik antarkomponen. (2) Teori yang berorientasi pada nilai, mengutamakan analisis nilai dan asumsi dari pembuatan kurikulum serta produk yang dihasilkan oleh para pembuat kurikulum. (3) Teori yang berorientasi pada isi, berkonsentrasi pada isi dari kurikulum.(4) Teori yang berorientasi pada proses, berkonsentrasi pada bagaimana kurikulum dikembangkan.

E. Yang dapat diharapkan dari teori kurikulum

Teori kurikulum hendaknya memberikan kepada pada pelaksana pendidikan alat-alat intelektual untuk mengkonsepsualisasikan situasi pendidikan yang mereka dihadapi serta membantu mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat untuk dijawab. Teori kurikulum sedapatnya menjelaskan dan meramalkan hubungan antara berbagai variable dengan tujuan, proses belajar, dan perencanaan program.[10]

James B. Macdonald menganggap bahwa teori kurikulum :

1. Memberikan kerangka pegangan dalam pengembangan dan penelitian kurikulum serta alat menilai perkembangan kurikulum itu. Jadi teori kurikulum merupakan titik tolak bagi penentuan dan pengarahan kegiatan pengembangan kurikulum.

2. Mengidentifikasi dan menjelaskan variable-variable dan hubungannya dengan aspek-aspek kurikulum yang dapat divalidasikan secara empiris.

3. Memberikan suatu perangkat prinsip-prinsip dan hubungan-hubungan yang dapat ditest secara empiris untuk mengembangkan kurikulum.

4. Merupakan kegiatan intelektual yang kreatif dengan mengembangkan serta mengkritik sistem-sistem konseptual yang ada dengan harapan akan timbulnya ide-ide dan cara-cara baru dalam mempersoalkan kurikulum yang lebih bermanfaat dari pada yang sekarang.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

- Teori adalah syarat mutlak bagi pengembangan disiplin ilmu.

- Ada dua pendekatan mengenai teori kurikulum. Yang pertama bersifat teoritis-filosofis yang memikirkan konsep-konsep pokok dalam kurikulum. Yang kedua, melihat hubungan antara teori dan praktek dan menguji kebenaran teori dengan penelitian empiris.

- Teori kurikulum diharapkan dapat membantu pendidik mengkonsepsualisasikan situasi pendidikan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat untuk dijawab.

- Teori kurikulum juga diharapkan memberi pegangan dalam pengembangan dan penelitian kurikulum serta memberi dasar yang lebih ilmiah kepada pemikiran dan pelaksanaan kurikulum.

B. Saran

Alhamdulillah kami panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kami atas selesainya makalah ini. Namun dengan selesainya bukan berarti telah sempurna, karena kami sebagai manusia sadar, bahwa dalam diri kami tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja kami.

Oleh karena itulah saran serta kritik yang bersifat membangun dari saudara selalu kami nantikan.untuk dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sihingga kami terus termotivasi kearah yang lebih baik tentunya dimasa masa yang akan datang.akhirnya kami ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.

DAFTAR PUSTAKA

S. Nasution, Pengembangan Kurikulum,PT. Cintra Aditya Bakti, Bandung, 1993

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,PT. Rejama Rosdakarya, Bandung, 1997

Www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/1412200794601_MID_KABUTEKS_II_JADI.doc -

Hanckey.pbwiki.com/f/teori kurikulum (2).ppt

Www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/18122007183554_tugas_pak_halil.doc



[1] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum,PT. Cintra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm., 171

[2] Ibid, hlm., 172

[3] www.uny.ac.id/akademik/sharefile/ files/1412200794601_MID_KABUTEKS_II_JADI.doc -

[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,PT. Rejama Rosdakarya, Bandung, 1997, hlm., 26

[5] Ibid, hlm., 27

[6] Hanckey.pbwiki.com/f/teori kurikulum (2).ppt

[7] Nasution, Pengembangan, hlm., 172

[8] Ibid. Hlm., 173

[9] www.uny.ac.id/akademik/sharefile/ files/18122007183554_tugas_pak_halil.doc

[10] Nasution, Pengembangan, hlm., 173

MEMBONGKAR STAGNANSI PEMIKIRAN ISLAM

MEMBONGKAR STAGNANSI PEMIKIRAN ISLAM

Jangan sampai seorang muslim mengklaim Islamnya sebagai Islam yang paling benar, hingga tergoda untuk menjadikannya dimiliki orang lain atau tergoda untuk menjadikannya sebagai pedoman untuk semua. Semua pemahaman Islam kita seharusnya perlu diperbaharui dari waktu ke waktu dengan jalan belajar, mengkaji dan yang lebih penting lagi adalah mendialogkannya.

Islam tidak akan berkembang seandainya tidak ada orang yang mencoba menafsirkannya, mengartikulasikannya dalam kehidupan keseharian, meskipun oleh orang yang rendah pengetahuannya sekalipun. Jangan berharap bahwa penafsiran dan upaya pemahaman atas Islam akan sempurna betul, karena kesempurnaan adalah suatu hal yang relatif. Bagi si anu, pemahaman keislamannya mungkin sudah sempurna dan benar, sedangkan bagi si anu, pemahaman keislamannya mungkin dianggap masih banyak memerlukan perbaikan serta proses belajar dan diajar. Satu persoalan pelik yang senantiasa menghiasi wacana pemikiran Islam baik dari dulu hingga sekarang adalah kesediaan menerima perbedaan pendapat. Semua kaum Muslim sebenarnya sama posisinya dalam menghadapi ajaran Islam, dalam arti ingin memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan keseharian.

Saya melihat bahwa Islam sangat menghargai dan membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin menafsirkan dan merealisasikannya dalam kehidupan keseharian. Islam tidak membatasi seseorang untuk keinginan tersebut. Di sinilah kemudian akan muncul satu makna penting bahwa Islam mengajak setiap individu untuk berproses dalam berupaya memahami dan merealisasikan Islam. Berproses dalam artian bahwa pemahaman atas Islam itu semakin hari akan semakin sempurna. Terdapat fase pencarian diri dan pencarian kebenaran dari waktu ke waktu. Dalam konteks ini, tidak ada tempat bagi sebuah stagnansi dan taklid dalam Islam. Setiap individu harus belajar dan mencoba menafsirkan Islam dalam kehidupan keseharianya.

Adalah problem yang sangat besar manakala dalam kenyataannya terdapat individu atau kelompok keagamaan yang mencoba mem-final-kan pemahaman keislamannya sebagai sebuah “Blue Print”. Lebih-lebih manakala hal itu harus dimiliki juga oleh orang lain. Pemahaman seperti ini sampai kapanpun akan sulit menerima kenyataan pluralnya pemikiran dan pemahaman atas Islam. Paradigma seperti ini juga akan dapat menutup setiap pintu dialog dalam rangka pemahaman Islam menuju kesempurnaan, apalagi dialog keimanan. Dan sekali lagi, paradigma seperti itu akan memiliki potensi besar bagi terciptanya kekisruhan dan kekacauan di kalangan kaum Muslim. Mengapa? Jawabannya satu, ada suasana batin di mana satu kelompok dengan lainnya merasa paling benar. Kelompok lain adalah salah dan harus diluruskan!

Bagi setiap pemimpin kelompok dan organisasi keagamaan, sudah seharusnya menghindari aji “menakut-nakuti” umat akan kesesatan kalau tidak mengikuti satu jenis pemahaman keagamaan. Sebab hal itu akan semakin mematikan potensi kreatifitas intelektual ummah. Yang akan muncul adalah umat yang penakut, yang selalu mengatakan “jangan-jangan apa yang saya laksanakan ini salah dan sesat”. Jika yang berkembang seperti ini, jangan diharap umat Islam akan mampu berkembang dan besar layaknya abad klasik atau keemasan Islam. Sikap menakut-nakuti seperti itu setidaknya akan melahirkan tiga dampak yang semuanya negatif. Pertama, sikap fanatik yang berlebihan hingga menjurus kepada ekslusifisme ekstrim. Kedua, dalam jangka panjang dan pendek akan melahirkan umat yang bodoh dan tidak kreatif secara intelektual. Ketiga, berpotensi bagi terpupuknya sikap mengagung-agungkan seorang pemimpin layaknya dewa atau tuhan, hingga menyanggah pendapatnya bisa diklaim sebagai sesat dan murtad.

Yang diperlukan saat ini adalah bagaimana umat dapat memanfaatkan potensi intelektualnya untuk belajar memahami Islam, menafsirkannya, mengamalkannya dan mendialogkannya. Setiap individu muslim wajib berusaha untuk memahami Islam dan tidak terpaku pada satu jenis pemahaman keagamaan. Tebarkan semangat berijtihad dan dialog. Padamkan aji menakut-nakuti akan kesesatan. Kita yang tak pernah mencoba memberanikan diri untuk secara mandiri mempelajari, menafsirkan, mengamalkan dan mendialogkan Islam kita, dan bahkan sebaliknya, hanya mengikuti orang lain dengan satu jenis pemahaman keagamaan, tidak pantas menyandang peringkat sebagai seorang muslim sejati.

MEDIA PENDIDIKAN AGAMA

RESUME

MEDIA PENDIDIKAN AGAMA

(Drs. Mahfudh shalahuddin)

Penerbit

PT. Bina Ilmu Surabaya 1986

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran PAI Yang Dibina Oleh Bapak Drs. Mukhid, M,Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN)

PAMEKASAN

APRIL 2008


BAB I

PENGERTIAN MEDIA PENDIDIKAN

A. Arti media

Di lihat dari segi etimlogi kata “media” berasal dari bahasa latin, bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar yakni sebagai perantara atau alat untuk menyampaikan sesuatu.

Sedangkan dalam bahasa asing para ahli menggunakan istilah Audio Visual Aids(AVA).dan ada juga yang menggunakan istilah teaching material atau instruksional material yang artinya identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata ”raga” artinya suatu benda yang dapat di raba,di dengar,dan di amati melalui panca indera.

B. Pengertian media pendidikan

Terdapat banyak ahli yang berusaha mendefinisikan media pendidikan di antaranya:

1. Menurut Drs. I Wayan Ardhana, MA dalam bukunya media instruksional media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat di pakai di pakai untuk memberikan rangsangan sehingga terjadi interaksi belajar mengajar dalam upaya untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.

2. Menurut Dra. Ny Sri Widyastuti dkk,media pendidikan atau pengajaran adalah semua alat yang dapat di pergunakan melalui indera pendengaran,pengamatan (telinga, mata) dalam proses kegiatan belajar karena itu alat-alat bantu tersebut sering dinamakan alat pembantu dengar-pandang atau audio visual aids.

3. Menurut Drs. Oemar Hamalik media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang di pergunakan untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Jadi media prndidikan adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk merangsang pikiran, perasaan perhatian, kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

C. Pengertian media pendidikan agama

Apabila kita membaca sejarah ternyata media pendidikan agama bukanlah istilah baru dalam dunia pendidikan karena tersebar luasnya suatu agama melalu kegiatan pendidikan baik pendidikan formal, informal dan non formal.

Media pendidikan agama semua aktifitas yang ada hubungannya dengan metode pendidikan agama baik berupa alat (peraga) teknik maupun metodenya yang secara efektif dapat digunakan leh guru agama dalam rangkat untuk mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan syari’at agama itu sendiri.

D. Fungsi media pendidikan agama dalam proses belajar mengajar agama

Fungsi media dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar antara lain:

a. Siswa dapat menyaksikan benda atau peristiwa yang ada yang terjadi pada masa lampau dengan perantaraan gambar, potret, slide dan film.

b. Siswa dapat mengamati benda atau peristiwa yang sukar di kunjungi tempatnya baik tempatnya jauh, berbahaya atau terlarang.misalnya tentang film kehidupan harimau di hutan.

c. Siswa dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dengan tv atau radio pendidikan ratusan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan oleh dosen dalam waktu yang sama.

d. Media dapat memperlihatkan secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat misalnya proses perkembangan kejadian manusia mulai dari sperma sampai menjadi janis hanya ditunjukkan beberapa menit.

Pertanyaan:

Sejauh mana efektifitas penggunaan media dalam pendidikan agama?




BAB II

Dasar Pemikiran Dalam Penggunaan

Media Pedidikan Agama

A. Dasar Religius

Guru agama islam dalam melaksanakan tugasnya sebagi pendidik perlu mendasari langakah-langkahnya dengan sumber ajaran agama sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nahl ayat 44. Yang artinya “Dan kami turunkan kapadaMu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah di turunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya”.

Demikian juga dalam masalah penerapan media pendidikan agama harus memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan pada anak didik karena perkembangan sikap keagamaan anak amat erat hubungannya dengan sikap percaya kepada Tuhan yang telah di berikan di lingkungan keluarga atau masyarakat yang kemudian dapat di jadikan bahan dasar pengertian dalam melaksanakan tugas sesuai dengan metode mana yang akan di pakai dalam proses belajar mengajar agama.

B. Dasar Psikologis

Guru akan dapat memilih dan menggunakan media dengan tepat dalam rangka mencapai tujuan instruksional apabila mengetahui tentang bagaimana proses orang mengenal dunia sekitarnya dan bagaimana cara orang belajar. Dasar-dasar pemikiran tersebut yaitu :

1. Persepsi adalah mengenal sesuatu melalui alat indera.

Anak didik akan memperoleh pengertian dan pemahaman tentang dunia sekitarnya dengan jelas kalau ia mengalami proses persepsi yang jelas pula. Hal-hal yang mempengaruhi kejelasan dalam persesi misalnya keadaan alat indera, perhatian dan minat, pengalaman serta kejelasan objek yang di kenalnya.

2. Tingkat pengalaman keagamaan pada anak-anak, remaja dan pemuda.

Menurut Ernest Harm dalam bukunya The Development of Religious pertumbuhan agama pada anak-anak ada 3 tingkatan :

a. Tingkatan cerita yang menarik

Masa ini terdapat pada anak berusia 3-6 th. Konsepsi anak tentang Tuhan (agama) bersifat fantasi (khayalan).

b. Tingkatan Realistis

Pada tingkat tahapan ini saat anak mulai masuk sekolah sampai menjelang remaja (7-16 th). Konsep anak tentang Tuhan sudah mulai realistis karena pengaruh lingkungan.

c. Tingkatan individualis

Pada fase ini berlangsung antara 17-22 th.anak pada usia ini tampaknya sudah memiliki tingkatan yang tertinggi dari pada kematangan emosi sepanjang hidup mereka.

3. Factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar adalah sesuatu proses yang kompleks dan unik maksudnya setiap orang mempunyai cara / tipe belajar yang berbeda dengan orang lain.

Menurut Robert M. Gagne dalam bukunya Instructional Design mengemukakan peristiwa belajar itu di pengaruhi oleh factor luar dan factor dalam.

Factor luar meliputi 3 unsur :

a. Factor contiguity (sentuhan) artinya situasi stimulus yaitu sesuatu yang dapat menyebabkan reaksi (response) dari siswa.

b. Factor Repetition (ulangan) yaitu situasi yang diharapkan dan respon siswa perlu di ulang atau di latin agar prestasi belajar dapat meningkat dan hasil belajar dapat tahan lama.

c. Factor Reinforcement (penguatan) yaitu respon dari siswa perlu di beri penguatan seperti pujian, agar siswa mau dan tidak segan-segan untuk mengulangi perbuatannya.

Factor dalam ada 3 :

a. Informasi / fakta yang telah di ketahui dari hasil belajar sebelumnya.

b. Keterampilan intelektual yakni pemanfaatan kembali keterampilan yang telah di pelajari sebelumnya. Seperti kepandaian membaca, menulis dan sebagainya.

c. Strategi yaitu cara mengatur kegiatan belajar atau keaktifan siswa untuk belajar dengan menggunakan cara-cara tertentu yang telah di pelajari sebelumnya.

C. Dasar Teknologis

Kemajuan dan perkembangan teknologi mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan berbagai kegiatan pranata hasil sosial yang ada dalam masyarakat seperti bidang ekonomi, industri,politik dan pendidikan. Dengan adanya kemajuan teknologi maka pada dewasa ini dalam dunia pendidikan kita kenal dua istilah yaitu :

1. Teknologi dalam pendidikan agama.

Kata teknologi berarti usaha memanfaatkan ilmu pengetahuan. Galbaith memberikan definisi tentang teknologi dalam kaitannya dengan bidang pertanian. Jadi teknologi dalam bidang pertanian yaitu memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan hasil pertanian. Misalnya penggunaan mesin traktor. Teknologi dalam pendidikan juga berarti memanfaatkan hasil ilmu pengetahuan / teknologi modern untuk meningkatkan hasil pendidikan. Misalnya penggunaan alat-alat elektronik sebagai sarana pengajaran.

2. Teknologi pendidikan agama

Teknologi pendidikan adalah lapangan kegiatan yang melibatkan keseluruhan proses pengelolaan personal dan organisasi untuk menganalisis dan memecahkan masalah pendidikan dengan menggunakan sumber yang ada.

Pertanyaan:

Sebutkan dasar-dasar pemikiran dalam penggunaan media?

BAB III

ALAT-ALAT MEDIA DALAM PENDIDIKAN AGAMA

A. Klasifikasi dan jenis media pendidikan agama.

Klasifikasi media menurut Rudy Breta sebagai berikut :

1. Media audio visual gerak adalah media yang paling lengkap karena menggunakan kemampuan audio visual dan gerak.

2. Media audio visual diam adalah sebagai media kedua dari segi kelengkapan kemampuan yang ada pada golongan sebelumnya kecuali penampilan gerak.

3. Media audio semi gerak yaitu jenis media yang mempunyai kemampuan menampilkan suara disertai gerakan titik secara linear jadi tidak dapat menampilkan gerakan nyata secara utuh.

4. Madia visual gerak yaitu jenis media yang memiliki kemampuan seperti golongan pertama kecuali penampilan suara.

5. Media visual diam ialah jenis media yang mempunyai kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak dapat menampilkan suara maupun gerak.

6. Media audio ialah jenis media yang hanya memanipulasikan kemampuan-kemampuan suara semata-mata.

7. Media cetak yaitu media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf, angka dan simbol-simbol verbal tertentu saja.

Klasifikasi media menurut Garlach dan Pelly dari segi ciri-ciri fisiknya sebagai berikut :

a. Benda sebenarnya meliputi orang, kejadian, objek / benda-benda tertentu.

b. Presentasi verbal meliputi media cetak, kata-kata yang di proyeksikan melalui slide, filmstrip, transparansi, majalah dinding dan sebagainya.

c. Presentasi grafis meliputi chart, grafik, peta.

d. Potret diam (still picture) yaitu potret dari berbagai macam objek atau peristiwa yang mungkin di presentasikan buku, film strip, slide dan sebagainya.

e. Film adalah jenis media yang di peroleh dari hasil pemotretan / shooting benda/kejadian sebenarnya maupun film dari pemotretan gambar.

f. Rekaman suara (audio recorder) adalah bentuk media dengan menggunakan bahasa verbal/efek suara dan musik.

g. Program adalah sikwen dari informasi baik verbal, visual atau audio yang sengaja dibuat untuk merangsang adanya respons dari siswa.

h. Simulasi adalah peniruan situasi yang sengaja di adakan untuk mendekati / menyerupai kejadian / keadaan sebenarnya.

Penggolongan jenis media atas dasar ukuran serta kompleks tidaknya alat perlengkapan maka dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

a. Media tanpa proyeksi dua dimensi adalah jenis media yang penggunaannya tanpa proyektor dan hanya mempunyai dua ukuran saja yakni panjang dan lebar. Misalnya papan tulis, gambar, papan finel.

b. Media tanpa proyeksi tiga dimensi adalah jenis media yang penggunaannya tanpa proyektor dan mempunyai ukuran panjang, lebar, tebal dan tinggi. Misalnya benda sebenarnya , boneka.

c. Media audio adalah media yang hanya memberikan rangsangan suara saja . misalnya rado, tape recorder.

d. Media dengan proyeksi adalah jenis media yang penggunaannya memakai proyektor. Misalnya film, slide, film strip.

e. Televisi dan Video Tape Recorder

Video tape recorder adalah alat untuk merekam, menyimpan, dan menampilkan kembali secara serempak suara dan gambar dari suatu objek.

TV adalah alat untuk melihat gambar dan mendengarkan suara dari jarak jauh.

B. Alat-alat media dalam pendidikan agama

Alat-alat yang digunakan dalam pendidikan agama adalah :

1. Papan tulis

2. Bulletin Board dan display

3. Film atau gambar hidup

4. Radio pendidikan

5. Televisi pendidikan

6. Buku pelajaran

C. Pemilihan Media dalam pendidikan agama

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih media, Pertama: Harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan, Kedua: Familiaritas media, Ketiga: Adanya sejumlah media yang dapat diiperbandingkan.

Ada 6 langkah Pemilihan media menurut Anderson :

  1. Menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu tujuan instruksional atau hanya sekedar hiburan.
  2. Menetapkan apakah media itu dirancang untuk keperluan pengajaran atau alat bantu mengajar.
  3. Menentukan apakah dalam usaha mendorong kegiatan belajar tersebut akan digunakan strategi afektif, kognitif atau psikomotorik.
  4. Menentukan media yang sesuai dari kelompok media yang cocok untu strategi yang dipilih dengan mempertimbangkan ketentuan (kriteria) kebijakan, fasilitas yang ada kemampuan produksi dan biaya.
  5. mereview kembali kelemahan dan kelebihan media.
  6. Perencanaan dan pengembangan produksi media tersebut.

Pertanyaan:

Berikan contoh alat-alat apa saja yang bisa digunakan dalam media pendidikan agama?



mohon ... klo udah baca posting kami, jangan lupaaaaaaaaaaaa kasi komentar yaaa .... n saran konstruktif ....................


thanks yaa atas komentar kaliaaannnnnnnnnnnnnnn !!!!!