"الله جميل يحبّ الجمال"

Allah Itu Indah, Mencintai Keindahan

Sabtu, 30 Mei 2009

FILSAFAT ORGANISME THEORY OF EVERYTHING (ToF) COMPLEXITY THEORI DAN META-TRANSITION THEORY


MAKALAH

FILSAFAT ORGANISME
THEORY OF EVERYTHING (ToF)
COMPLEXITY THEORI DAN
META-TRANSITION THEORY



Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu
Yang Dibina Oleh Bapak E. Ariwidodo.



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
(STAIN)

2006-2007





KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu, yang dibimbing oleh bapak E. Ariwidodo dengan judul Filsafat Organisme Theory Of Everything (Tof) Complexity Theori Meta-Transition Theory sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita, yaitu Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekaran ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.




Penulis



BAB I
PENDAHULUAN


Filsafat adalah sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Tak suatu hal yang bagaimanapun kecilnya terlepas dari pengamatan kefilsafatan. Tak ada suatu pernyataan yang bagaimanapun sederhananya yang kita terima bergitu saja tanpa pengkajian yang seksama. Falsafah menanyakan segala sesuatu dari kegiatan berpikir kita dari awal sampai akhir seperti dinyatakan oleh Socrates, bahwa tugas falsafah yang sebenarnya bukanlah menjawab pertanyaan kita namun mempersoalkan jawaban yang diberikan. Kemajuan manusia dalam berfalsafah bukan saja diukur dari jawaban yang diberikan namun juga dari pertanyaan yang diajukank.
Dalam makalah ini, kami sedikit memaparkan tentang filsafat organisme, theory of everything (ToE) dan Meta-transition theory.



BAB II
PEMBAHASAN


A. Filsafat organisme
Energi organisme manusia memiliki jalan dan arah, yang menentukan perilaku manusia. Energi bersirkulasi seperti juga darah dan cairan limpa. Orang-orang yang berbatin sehat mengamati bahwa sakit di dalam tubuh akan hilang kalau pengobatannya manjur. Mereka juga memperhatikan bahwa perangsang dan obat penenang berefek pada organ-organ tubuh. Obat penenang yang diarahkan pada titik di lutut dapat mempengaruhi wajah, sedangkan yang diarahkan pada titik di ibu jari dapat mempengaruhi paru-paru dan kerongkongan.
Melewati masa observasi yang lama serta pegalaman penyembuhan dan respons, titik-titik sensitif pada tubuh dirumuskan. titik-titik sensitif ini digolongkan ke dalam duabelas kelompok tama dan dua kelompok penunjang. Semua titik dapat dihubungkan dengan sebuah garis yang menjadi jalur energi tubuh. Hasil akhir observasi disimpulkan melewati masa ribuan tahun. Hasilnya: ada jalur-jalur transmisi energi yang tidak hanya menghubungkan semua organ tubuh, tetapi juga menghubungkan semua organ di luar tubuh dengan di dalam tubuh.
Pendeteksian jalur-jalur energi diibaratkan sebagai usaha menemukan sumber air dengan "menusuk-nusuk" tanah. Titik-titik sensitif menyediakan data berguna, yang kemudian menghasilkan teori tentang adanya jalur energi tersebut. Pertemuan jalur energi, disisi lain, sebenarnya juga bisa dikatakan sebagai spekulasi, namun yang bersifat sistematis. Jalur-jalur yang mengedarkan energi itu muncul di kulit dan di dalam tubuh, melewati organ-organ. Pemetaan atas jalur energi memang dilakukan di masa prasejarah. Meskipun demikian, hingga saat ini tak ada penemuan fisiologi lain yang bisa menandingi pemetaan jalur energi itu. Guru-guru di masa silam menemukan bahwa jalur energi adalah jalur energi kosmis, dan jalur energi tidak hanya menghubungkan satu organ dengan organ lainnya, tetapi juga menghubungkan organ dengan alam semesta. Studi komunikasi internal dan eksternal serta keterkaitan antar organ ini bersasaran penyembuhan integral.
Di dalam tubuh ada tiga sirkulasi kekuatan hidup. Pertama, sirkulasi dalam atau sirkulasi inti yang berupa aliran energi ke seluruh organ-organ dalam. Kedua, sirkulasi luar yang berupa aliran energi di sekitar jaringan kulit. Ketiga, sirkulasi gabungan sirkulasi dalam dengan luar. Energi vital yang bersirkulasikan di dalam tubuh manusia dibangkitkan, disimpan, dan diedarkan oleh organ-organ dalam.
jalur-jalur sirkulasi energi di dalam organ dan antar organ tidak dapat terwujud begitu saja. Sirkulasi dalam dan sirkulasi gabungan tidak dapat berlangsung secara langsung karena keduanya dipengaruhi oleh titik-titik di permukaan tubuh. Dengan begitu, titik-titik penting dipermukaan tubuh (kulit) dicari. titik yang dapat menciptakan kekuatan hidup ini disebut titik-titik akupuntur -- disebut demikian karena menggunakan jarum yang ditusuk pada titik-titik di kulit.
Beberapa titik berfungsi mengontrol energi permukaan secara langsung; beberapa lainnya mempengaruhi energi inti secara tidak langsung; sisanya mempengaruhi sirkulasi gabungan agar dapat menciptakan energi cadangan. Dengan merangsang titik-titik di permukaan tubuh, ketidakseimbangan, kekurangan, kelebihan, kemacetan, dan kebocoran energi dapat dinormalkan.

B. Theory of Everything (ToE)
Pernahkah Anda membayangkan satu kota memiliki dua aturan yang sama sekali berbeda? Tentu akan terjadi kekacauan dan kerancuan. Tapi percayakah Anda, itulah yang terjadi pada alam semesta kita. Ada dua aturan sangat berbeda untuk menjelaskan fenomena dalam alam semesta kita? Aturan itu adalah Teori Relativitas Umum Einstein dan Mekanika Kuantum.
Teori Relativitas Umum menggambarkan alam semesta sebagai hubungan antara materi dan geometri ruang-waktu (spacetime). Materi membuat ruang-waktu melengkung (curved), dan ruang-waktu membuat materi bergerak (motion). Kombinasi geometri-materi inilah yang kita rasakan sebagai gravitasi. Teori Relativitas Umum menjelaskan interaksi pada skala makro atau tingkat kasat mata, misalnya peredaran planet, bintang, dan galaksi
Ketika kita mencoba memahami alam semesta pada ukuran mikro atau tingkat partikel, maka kita harus memakai Mekanika Kuantum. Mekanika Kuantum mendeskripsikan alam semesta sebagai superposisi dari berbagai kemungkinan. Beberapa aturan umum pada skala makro dilanggar, seperti atas-bawah, simetri kanan-kiri, dan bahkan waktu sebelum atau sesudah.
Masalahnya adalah kenapa harus ada dua aturan? Kenapa materi pada skala mikro berperilaku berbeda dengan materi pada skala makro? Walau demikian, berbeda dengan contoh kota yang kacau karena memiliki dua aturan berbeda, alam semesta tetap harmonis. Atas dasar pemikiran itulah, orang berpikir seharusnya ada satu teori umum yang mampu menjelaskan kedua hal tersebut.

C. Complexity Theory dan Meta-Transition Theory
Metasystem Transition Theory (MSTT) is the name we have given our particular cybernetic philosophy. Its most salient concept is, of course, the Metasystem Transition (MST), the evolutionary process by which higher levels of complexity and control are generated. But it also includes our views on philosophical problems, and makes predictions about the possible future of mankind and life. Our goal is to create, on the basis of cybernetic concepts, an integrated philosophical system, or "world view", proposing answers to the most fundamental questions about the world, ourselves, and our ultimate values.
Our methodology to build this complete philosophical system is based on a "bootstrapping" principle: the expression of the theory affects its content and meaning, and vice versa. In this way we aim to apply the principles of cybernetics to their own development. Our philosophy too is based on cybernetic principles. Our epistemology understands knowledge as a model, which is constructed by the subject or group, but undergoes selection by the environment. Our metaphysics asserts actions as ontological primitives. On the basis of this ontology, we define the most important concepts and organize them in a semantic network. At a higher level, we also lay out the fundamental principles of cybernetics in terms of these underlying concepts.
One of the central concepts is that of evolution in the most general sense, which is produced by the mechanism of variation and selection. Another is control, which we define in a special cybernetic sense, and assert as the basic mode of organization in complex systems. This brings us to the central concept for MSTT, that of the metasystem transition, or the process by which control emerges in evolutionary systems.
On this basis we then reconstruct the complete history of evolution, from the Big Bang to the present, as a sequence of MST's. An extrapolation of this sequence provides us with a first glimpse of what the future might bring. Finally, the possible dangers and opportunities of our evolutionary future direct our attention to the need for formulating an ethics, based on evolutionary and systemic principles, that could guide our actions.
The concept of the metasystem transition was introduced in Turchin's book The Phenomenon of Science, which was followed by Inertia of Fear and the Scientific Worldview. The basic tenets of MSTT were formulated by Turchin and Joslyn in "The Cybernetic Manifesto". As Heylighen joined the Editorial Board, the work on MSTT intensified, and the Principia Cybernetica Web was created. A major collection of papers on MSTT by the three editors and invited authors was published in a special issue of the journal World Futures entitled "The Quantum of Evolution". MSTT is also being applied to computer science and the foundations of mathematics by Turchin and his colleagues. The bibliography of PCP includes most publications on MSTT.
Consider a system S of any kind. Suppose that there is a way to make some number of copies from it, possibly with variations. Suppose that these systems are united into a new system S' which has the systems of the S type as its subsystems, and includes also an additional mechanism which controls the behavior and production of the S-subsystems. Then we call S' a metasystem with respect to S, and the creation of S' a metasystem transition. As a result of consecutive metasystem transitions a multilevel structure of control arises, which allows complicated forms of behavior.
We refer to the original system S as the scope of the MST, and to the number of integrated systems as its scale. The minimal scale of an MST is one. In this case there is no reproduction of the scope, but a control level still emerges, so it is a metasystem transition.
In a multilevel control system each level is associated with a certain activity which is characteristic for this level. Each metasystem transition creates a new type of activity. If A is the activity on the top level of control in some system, then in a metasystem transition a new activity emerges: that of the new control level. Let it be referred to as A'. It can be described as controlling the activities A of the level which now is penultimate: control of A = A'.
This is a functional description of a metasystem transition, which allows us to pinpoint a metasystem transition even in those cases where we do not know the exact structure of the systems involved.
The classic example of an MST is the emergence of multicellular organisms. Here system S is a living cell, which can survive on its own. Reproduction of cells and their integration into a metasystem creates S', an organism of a new kind, which may consist of thousands and millions of cells. At the beginning of this process the control mechanism is quite rudimentary: just holding cells together. It takes place due to the laws of nature, without any spatially separated substructure. But in the course of further metasystem transitions, specialization of cells occurs, and we witness the creation of a multilevel hierarchy of structures and functions, where cells are integrated into tissues, tissues into organs, organs into an organism, and all this is controlled by the humoral and nervous systems (for further examples, see Metasystem transitions in biology).
Formation of the human society from individuals is also an MST. As in the case of multicellular organisms, the scope S of the transition is the whole system under consideration. This is not always so. A metasystem transition can take place over a scope which is a substructure of the considered system. Thus, formation of an army from conscripts is a typical MST resulting in a hierarchy of control, but the units which are integrated are individual conscripts, not whole societies. A more important example of this kind is the metasystem transition within the brain which resulted in the emergence of the human being.
The history of computer technology gives us more examples of MSTs. At its beginning we find von Neumann's idea: to keep and treat programs as data. In a mechanical calculator, no matter how it is designed, the top level in functional description is execution of four arithmetic operations. In von Neumann's computer this level is also present, but there is a higher level: the program, which controls the operations to be executed by hardware. We see two levels of control instead of one: a metasystem transition. (Of course, when we speak of instruments, such as computers, the control hierarchy always has the human user on the top, so we may not mention it).
The next MST in the use of computers was the introduction of formal machine-independent languages for programming; Fortran was the first. Now the computer program is no more the top of hierarchy. The top is a translator which reads the Fortran program written by the user, and compiles the necessary computer program: three levels of control.



BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari uraian diatas kami dapat menyimpulkan menyimpulkan bahwa : energi organisme manusia memiliki jalan dan arah. Di dalam tubuh ada tiga sirkulasi kekuatan hidup.
1. Sirkulasi dalam atau sirkulasi inti yang berupa aliran energi keseluruhan organ-organ dalam.
2. Sirkulasi luar yang berupa aliran energi disekitar jaringan kutit.
3. Sirkulasi gabungan, sirkulasi dalam dengan luar.
Ada dua aturan sangat berbeda untuk menjelaskan fenomina dalam alam semesta kita, yaitu teory relativitas umum einstein dan mekanika kuantum. Teori relativitas umum menggambarkan alam semesta sebagai hubungan antara materi dan geometri ruang-waktu (Spacetime). Mekanika kuantum mendeskripsikan alam semesta sebagai superposisi dari berbabai kemungkinan.

B. Saran
Demikian makalah kami, semoga jadi manfaat amie. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami tutup makalah ini dengan ‘Alhamdulillahirabbil’alamin’



DAFTAR PUSTAKA


- Joslyn, F. Heylighen, V. Turchin, Jan 1992
- Cliff, Conner, "Evolution vs. Creationism: In Defense of Scientific Thinking", International Socialist Review (monatliche Zeitschriftenbeilage zu The Militant), November 1980
- V. Turchin, C. Joslyn, Aug 1993



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon ... klo udah baca posting kami, jangan lupaaaaaaaaaaaa kasi komentar yaaa .... n saran konstruktif ....................


thanks yaa atas komentar kaliaaannnnnnnnnnnnnnn !!!!!