EMPAT PILAR PENDIDIKAN YANG DIAJUKAN
Dalam laporan kepada UNESCO dari Komisi Internasional tentang Pendidikan Untuk XXII (1996), disebutkan bahwa dalam pengembangan pendidikan seumur hidup berlandaskan pada 4 pilar:
- Belajar Mengetahui (Learning to Know)
- Belajar Berbuat (Learning to Do)
- Belajar Menjadi Seseorang (Learning to Be)
- Belajar Hidup Bersama (Learning to Live Together)
- Belajar Mengetahui (Learning to Know)
Learning to know : Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di dalamnya Learning to How; ( learning to think, learning to learn, life long education)
Belajar Mengetahui, memadukan antara kesempatan untuk memperoleh pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja pada sejumlah subyek yang lebih kecil secara lebih mendalam. Dalam tahap ini, kesempatan untuk mengembangkan sikap dan cara Belajar untuk Belajar (Learning to learn) lebih penting daripada sekedar memperoleh informasi. Peserta didik bukan hanya disiapkan untuk dapat menjawab permasalahan dalam jangka dekat, tetapi untuk mendorong mereka untuk memahami, mengembangkan rasa ingin tahu intelektual, merangsang pikiran kritis serta kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, agar dapat menjadi bekal sepanjang hidup. Belajar jenis ini dapat dilakukan melalui kesempatankesempatan berdiskusi, melakukan percobaan-percobaan di laboratorium, menghadiri pertemuan ilmiah serta kegiatan ekstrakurikuler atau berorganisasi.
- Belajar Berbuat (Learning to Do)
Learning to do : Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi.
Belajar Berbuat, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk tidak hanya memperoleh ketrampilan kerja, tetapi juga memperoleh kompentensi untuk menghadapi pelbagai situasi serta kemampuan bekerja dalam tim, berkomunikasi, serta menangani dan menyelesaikan masalah dan perselisihan. Termasuk didalam pengertian ini adalah kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam bersosialisasi maupun bekerja di luar kurikulum seperti magang kerja, aktivitas pengabdian masyarakat, berorganisasi serta mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dalam konteks lokal maupun nasional, ataupun dikaitkan dengan program belajar seperti praktek kerja lapangan, kuliah kerja nyata atau melakukan penelitian bersama.
- Belajar Menjadi Seseorang (Learning to Be)
Learning to be : belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama.
Belajar menjadi seseorang, mengembangkan kepribadian dan kemampuan untuk
bertindak secara mandiri, kritis, penuh pertimbangan serta bertanggung jawab. Dalam hal ini pendidikan tak bisa mengabaikan satu aspek pun dari potensi seseorang seperti ingatan, akal sehat, estetika, kemampuan fisik serta ketrampilan berkomunikasi. Telah banyak diakui bahwa sistem pendidikan formal saat ini cenderung untuk memberi tekanan pada penguasaan ilmu pengetahuan saja yang akhirnya merusak bentuk belajar yang lain. Kini telah tiba saatnya untuk memikirkan bentuk pendidikan secara menyeluruh, yang dapat menggiring terjadinya perubahan–perubahan kebijakan pendidikan di masa akan datang, dalam kaitan dengan isi maupun metode.
- Belajar Hidup Bersama (Learning to Live Together)
Learning to live together : Belajar memhami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya.
Belajar Hidup Bersama, mengembangkan pengertian atas diri orang lain dengan cara mengenali diri sendiri serta menghargai ke-saling-tergantung-an, melaksanakan bersama dan belajar mengatasi konflik dengan semangat menghargai nilai pluralitas, aling-mengerti dan perdamaian. Kesempatan untuk menjalin hubungan antara pendidik dan peserta didik, dorongan dan penyediaan waktu yang cukup untuk memberi kesempatan bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan budaya, olahraga, serta keterlibatan dalam organisasi sosial maupun profesi diluar sekolah.
Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik, namun yang menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia yang saat ini masih minim fasilitas, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum meratanya fasilitas pendidikan, tentunya akan menjadi halangan bagi siswa untuk mengembangkan diri mereka, sebagaimana pilar pendidikan pada point pertama di atas, “Learning to know”, bagaimana siswa dapat menambah ilmu sebanyak-banyaknya sedangkan fasilitasnya saja tidak memadai? Bagaimana mereka bisa mencari tambahan referensi ilmu sedangkan semua yang mereka dapat sangat terbatas? Lalu, mengarah ke point kedua, “Learning To Do”, belajar untuk berkarya atau mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh siswa, di sini kembali muncul pertanyaan, bagaimana siswa dapat berkarya sedangkan ilmu mereka sangat minim, simpelnya begini, “Teorinya aja ngga tau, gimana bisa buat praktekin?”
Dapat kita lihat, pilar-pilar pendidikan tersebut memang dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan yang sangat bagus pula, namun perlu diingat, masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan pilar-pilar pendidikan tersebut, sebut saja kurangnya SDM guru yang benar-benar “mumpuni”, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan, kemudian lagi, FASILITAS, fasilitas yang minim entah dananya yang tidak ada atau mampir ke kantong karuptor akan sangat menghambat kemajuan proses belajar mengajar, dan kendala-kendala yang lain.
Satu harapan kita semua, agar dunia pendidikan di
Agar tujuan-tujuan di atas dapat tertuang dalam undang-undang maupun peraturan secara tepat, pendidikan harus diwujudkan sebagai pengajaran, pembimbingan dan pelatihan ( Teaching, Guiding and Training); Mengajar untuk Memberikan Pengetahuan, Membimbing untuk Menanamkan Sikap dan Melatih untuk Meningkatkan Ketrampilan. Semua ini harus dilakukan secara berkesinambungan di rumah, sekolah dan masyarakat seumur hidup.Apa yang terjadi jika Pendidikan hanya dengan3 pilar ?
“Majulah pendidikan Indonesiaku…”
kalau pengertian learning to believe in god kok g' ada ya????????
BalasHapus