AURELIUS AGUSTINUS DAN THOMAS AQUINAS
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Memahami dan mengkaji tentang ajaran dua tokoh filosofi, adalah salah satu diminsi ke Filsafatan yang takterlepas dari perjalanan pemikiran-pemikiran tentang Ilmu Filsafat itu sendiri.
Pada abad pertengahan ada dua tokoh yang sangat berpengaruh terhadap ajaran-ajaran yang lain pada waktu. Mereka adalah Agustinus dan Aquinas seorang filosof yang jenius, teori-teorinya dapat di kolaborasikan dengan filsafat-filsafat modern.
- Rumusan Masalah
Mengingat latar belakang masalah diatas maka kami mengangkat permasalahan-permasalahan tersebut menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
Seperti apakah pokok-pokok ajaran kedua tokoh dan bagaimanakah relefansinya terhadap bangsa indonesia!
- Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini bersifat diskriptif, sementara Teknik pengumpulan data kami lakukan dengan cara membaca buku-buku terkait tentang Ilmu Filsafat..
BAB II
PEMBAHASAN
A. ARTI PENTING KEDUA TOKOH
Sebagai filosof yang mendominasi abad pertengahan kedua tokoh ini mempunyai pengaruh/arti penting yang besar terhadap ajaran-ajaran pada waktu itu.
Pertama, Agustinus (354-430). merupakan tokoh filsafat yang telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran abad pertengahan mengadaptasi platonesme dengan ide-ide Kristen, memberikan formolasi sistematic terhadap filsafat Kristen, Agustinus merupakan sumber/asal usul reformasi yang dilakukan oleh protestan.
Paham teosentris pada Agustinus menghasilakan refolusi dalam pemikiran orang Barat. anggapannya yang meremehkan pengetahuan duniawi, kebenciannya terhadap teori-teori kealaman, imannya kepada tuhan tetap merupakan bagian peradaban modern. sejak zaman Agustinus orang barat lebih memiliki sifat introspektif, karena Agustinuslah diri dalam hubungannya dengan tuhan menjadi penting dalam filsafat. Sehingga kita selalu ingin memperoleh norma yang dapat mengulur tindakan-tindakan kita singkat. Pemikiran Agustinus mempunyai arti penting terhadap manusia modern.
Kedua, Tomas Aquinas (1225-1274) sebagai filosof yang mempunyai teori-teori yang dapat dikombinasikan reset-reset modern, terutma tentang teorinya yang sangat Vital pada waktu itu adalah teorinya tentang eksistensi tuhan pada waktu yang mempunyai arti penting terhadap perkembangan pola fikir masyarakat modern. namun denganmenggunakan pendekatan yang rasional, banyak keluarga yang melakukan penolakan terhadap ajaran-ajarannya, tapi bukan dengan itu akan mengurangi pamur Aquinas, malah keterannya makin populer. maka bukan tidak mungkin pemikiran Aquinas mempunyai arti penting terhadap pola fikir manusia modern.
B. BIOGRAFI TOKOH
1. Aurelius Augustinus, (354-430)
Augustinus lahir di tagasta, numidia ( sekarang Algeria), pada 13 november 354. ayahnya, patricius , adalah seorang pejabat pada kekaisaran romawi, yang telah kafir sampai kematiannya pada tahun 370. ibunya,monica (monnica), adalah penganut Kristen yang amat taat. Dalam bahasa latin augustinus di kenal dengan nama aurelius. Pendidikan yang mula-mula diterimanya ialah dalam bidang gramatika dan aritmetika. Ia sangat benci sama gurunya yang menggunakan hukuman dalam metode mengajarnya. Bahasa yunani di bencinya sehingga ia tidak mempunyai pengetehuan yang sempurna tentang bahasa itu.
Tatkala berumur sebelas tahun, ia dikirim ke sekolah madaurus, suatu tempat orang kafir, atau sebutlah lingkungan kafir. Lingkungan itu telah mempengaruhi perkembangan mral dan agamanya sementara ibunya selalu mendoakan agar anaknya itu menerima ajaran Kristen. Keinginan ibunya ditulis oleh augustinus dalam bukunya confessionnnns, yang bila diterjemahkan kira-kira berarti “pengakuan” atau “syahadat”. Tahun 369-370 dihabiskannya di rumah sebagai pengaggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya, hortensius, telah membimbingnya ke filsafat.
Pada tahun 370, karena bantuan kawanya, romanianus, ia pergi ke kartago. Di sana ia tinggal bersana seorang guru wanita yang melahirkan seorang anak untuknya yang bernama adeodatus 371. di sana ia menjadi seorang Manichean, yaitu suatu ajaran agama yang mengajarkan bahwa mani adalah mani yang terakhir, benar-benar sebagai juru selamat yang di janjikan oleh kristus. Ia lahir dipersia tahun 216 (selanjutnya lihat encyclopedia Americana, 18:218c; Runes, 1971:187). Pada tahun 373-374 ia mengajar di tagasta, dan sembilan tahun berikutnya ia mengajar di kartago. Kemudian ia pindah ke roma, dan di sana ia mendirikan sekolah retorika, dan ia pun meninggalkan ajaran mani, lalu menjadi seorang skeptis.sethun kemudian ia mendirikan sekolah di Milan.
Ada beberapa pengaruh yang di terimanya, di anataranya ialah dari saint ambrose, dari temannya simplicianus, dan dari neo-platonisme. Semua itu menggiringnya untuk menerima gereja Kristen. Tobatlah ia. Pada hari paskah 25 april 378 ia dan anaknya, adeodatus, dibaptiskan. Segera setelah itu ia dan kelurganya kembali ke afrika. Di ostia, pelabuhan roma, ibunya meninggal dunia setelah terjadi suatu pembicaraan yang indah dengannya yang direkamnya dalam confessions.
Setelah ia mengalami lonversi, ia mengabdikan seluruh dirinya kepada tuhan dan melayani pengikut-pengikutnya. Setelah ia kembali ke tagasta pada tahun 388, ia menjual seluruh warisan, dan uang hasil penjualan it diberikan semuanya kepada fakir miskin. Yang tinggal hanyalah sebuah rumah yang di rumahnya menjadi duatu tempat masyarakat birawan. Ia sebenrnya tidak berminat menjadi pendeta, tetapi pada tahun 391 ia di habiskan menjadi pendeta karena didesak oleh hamper semua orang di tempat tinggalnya dekat kota hipp0 (sekarang masuk wilayah aljazair).
Pada tahun 395-396 ia ditahbiskan lagi menjadi pembantu uskup di Hippo. Hippo adalah sebuah kota yang berpenduduk kira-kira tiga puluh ribu orang, tetapi gereja Kristen disana tidaklah kuat karena penduduknya campuran penganut berbagai agama dan berbagai suku. Tahun terakhir kehidupannya adalah tahun-tahun peperangan bagi Imperium Romawi. Pada bulan agustus tahun 403, Valdal, yang menuju kebarat setelah menguasai Kartago, mengepung Hippo. Di tengah-tengah penyerbuan pada tanggal 28 Agustus 430, Augustinus meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan yang memang sudah lama dijalaninya. Setelah penaklukan itu orang Vandal menghancurkan semua yang dijumpai mereka kecuali gereja dan perpustakaan Augustinus, yang dibiarkan tanpa diganggu. (lihat Mayer: 355-357; Encyclopedia Americana, 2:685-686; Runes:28).
2. Thomas Aquinas (1225-1274)
Ia lahir di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225 dari keluarga angsawan, baik Bapaknya maupun Ibunya. Pada masa mudanya dia hidup bersama Pamannyayang menjadi pemimpin orpo di monte Cassino. Ia beraa disana pada 1230-1239. Pada tahun 1239-1244 ia belajar Universitas Napoli, tahun 1245-1248. di Universitas Paris di bawah bimbingan Albertus tetap berada di Cologne. Tahun 1252 ia kembali belajar di Universitas Paris pada fakultas teologi. Tahun 1256 ia diberi Ijazah (Licenti Docendi) dalam bidang teologi, dan ia mengajar disana sampai tahun 1259. Tahun 1269-1272 ia kembali ke Universitas Paris untuk menyusun tantangan terhadap ajaran Ibnu Rusyd. Sejak tahun 1272 ia mulai mengajar di Universiti Napoli. Ia meninggal pada tahun 1247 di Lyons. karyanya yang paling penting ialah Suma Contra Gentiles (1258-1264) dan Summa Theologcai . (1266-1273) (Lihat Avey: 99).
C. AJARAN-AJARAN AURELIUS AGUSTINUS DAN THOMAS
AQUINAS.
1. Ajaran-ajaran Agustines
a. Theori Agustines tentang jira.
Agustines menentang ajaran yang mengatakan bahwa jira itu material. Menurutnya jira atau roh itu imaterial. Agustines membuktikan immaterialnya jira dengan mengatakan bahwa jira itu didalam badan, ada dimana-mana dan dalam waktu yang sama,bila jiwa itu material ia akan terikat pada tempat tertentu dalam badan, hanya dengan mengatakan bahwa jiwa itu material kta dapat menjelaskan kegiatan jiwa didalam badan (Mayer : 359).
Menurut Agustinus, jiwa tidak mempunyai bagian karena ia imaterial. akan tetapi jiwa mempunyai tiga (3) kegiatan pokok, pertama : Mengingat. Kedua : Mengerti. Ketiga : Mau, oleh karena itu jiwa memiliki atau menggambarkan ketritunggalan alam (The Cosmic Trinity).
Agustinus menolak pandangan neo-platonesme yang mengatakan bahwa ada dunia jiwa dan dunia roh. Menurut Agustinus yang adalah jiwa yang tunggal dan individual, dikatakan tunggal karena jiwa ada dalam badan. Jiwa tidak ada bila badan tidak ada. Akan tetapi, ia juga mengatakan bahwa jika tidak bergantung pada badan, badan akan binasa sedangkan jiwa tidak. Ia juga mengatakan bahwa jiwa itu Immortal (Immortal artinya tidak bisa musnah) katany kebenaran bersifat abadi, jiwa memiliki kebenaran itu (Kebenaran itu ada didalam jiwa ) karena itu mestilah jiwa itu bersifat abadi.
b. Teori Pengetahuan
Agustinus menolak teori kemungkinan, kita, katanya, tidak pernah dituntut oleh ukuran relatif, inilah argumennya, saya tau bahwa saya tau dan mencinta. Bagaimana jika anda bersalah? saya bersalah, jadi saya ada, kesalahan saya membuktikan adanya saya,jika saya tau bahwa saya tidak berrsalah, saya pun tau bahwa saya ada. saya mencintai diri saya, baik ta’kala saya nersalah tak kala saya tidak bersalah, kedua-duanya tidak palsu. Bila kedua-duanya palsu, maka saya mencintai objek yang palsu, jadi saya mencintai objek yang tidak ad. akam tetapi karena saya benar-benar ada, jadi tidak ada orang yang ingin tidak ada sebab bagaimana mungkin seseorang memiliki kebahagian sementara ia tidak ada.
Dalam argument ini sesungguhnya Agustinus mengandalkan rasio dan logika, ia mengandalkan kesadaran,jadi mengandalkan persamaan, keadaan saya bersalah, atau keadaan saya tidak bersalah menyebabkan saya menyadari bahwa saya ada, kesadaran saya mencintai diri saya telah membawa kepada perasaan bahwa saya ada, begitu pula ia menggunakan kesadaran seseorang yang ingin bahagia.
Sejak Agustinus meyakini adanya dirinya, ia yakin bahwa dirinya dapat memahami prinsip-prinsip metafisika seperti plato, ia berpendapat bahwa tugas manusia ia memahami segala kenyataanyang selalu berubah. jadi ia memperjelas perbedaan penginderaan yang hanya memberikan kepada kita pandangan semula (a Partiel View) tentang sesuatu dengan yang memberikankepada kita sesuatu dengan yang memberikan kepada kita sesuatu pengertian tentang kebenaran, yang sebenarnya, yang abadi, yaitu kebenaran yang berada dibawah permukaan.
2. Ajaran-ajaran Aquinas
a. Pemikiran Aquinas dalam teologi
Aquinas mendasarkan filsafatnya pasa kepastian adanya Tuhan. Ia mengetahui banyak ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasarkan pendapat umum. Ada juga ahli teologi yang menganggap eksistensi Tuhan tidak dapat diketahui dengan akal; Itu hanya diketahui berdasarkan iman. menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal. Untuk membuktikan pendapatnya ini ia mengeajukan lima dalil (argumen) seperti yang diringkaskan berikut ini.
Argumen pertama diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Di dalam ini segala sesuatu bergerak. Dari sini dibuktikan Tuhan ada. Bierman dan Gould (1973:639) menamakan argumen ini argumen gerak. Jelas sekali bahwa alam ini bergerak. Setiap yang bergerak pasti digerakkan oleh yang lain sebab tidakmungkin suatu perubahan dari potensialitas bergerak aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya, dan penyebab itu tidak mungkin ada pada dirinya sendiri. Dengan katalain, tidak mungkin sesuatu bergerak sendiri. Gerakan adalah perubahan dari potentia ke actus; potentia tanpa sebab lain tdak mungkin Iactus. Akan tetapi, timbul persoalan: bila sesuatu bergerak hanya ada penggerak yang menggerakkannya, tentu penggerak itu pun memerlukan pula penggerak diluar dirinya.Bila demikian, terjadilah penggerak berangkai yang tidak terbatas. Konsekuensinya ialah tidak ada pada penggerak. Menjawab persoalan ini Aquinas mengatakan bahwa justru karena itulah maka sepantasnya kita sampai pada Penggerak Pertama, yaitu Penggerak yang tidak digerakkan oleh yang lain.
Argumen kedua disebut sebab yang mencukupi (efficient cause) (lihat Mayer: 454; Bierman dan Gould: 640). Ringkasannya kira-kira sebagai berikut. Di dalam dunia indrawi kita saksikan adanya sebab yang mencukupi. Tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri sebab, bila demikian, ia pasti menjadi lebih dulu dari pada dirinya. Ini tidak mungkin. Dalam kenyatannya yang ada ialah rangkaian sebab dan musabab. Seluruh sebab berurutan dengan teratur: penyebab pertama menghasilkan musabab, musabab ini penjadi penyebab yang kedua yang menghasilka musabab yang kedua, musabab kedua ini menjadi penyebab yang ketiga yang menghasilkan musabab yang ketiga, dan begitu seterusnya sehingga terjadi rangkaian penyabab. Itu berarti bahwa membuang sebab sama dengan membuang musabab. Artinya, bila tidak ada sebab pertama, tentu tidak akan ada rangkaian sebab itu tadi, dan ini berarti tidak akan ada apa-apa. Nyatanya apa-apa itu ada. Oleh karena itu, wajarlah untuk menyimpulkan adanya sebab pertama, dan itu Tuhan.
Argumen ketiga ialah argumen kemungkinan dan keharusan (possi bility and neccesity) (Bierman dan Gould:640). Kita menyaksikan di alam ini bersifat mungkin. Kesimpulan itu kita ambil karena kenyataanya isi alam ini dimulai tidak ada,lalu muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang. Krnyataan itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kita kepada konsekuensi bahwa alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan tidak ada tidak mungkin menjadi sifat sesuatu sekaligus dalam waktu yang sama. Bila sesuatu tidak mungkim ada, ia tidak akan ada. Nah, mestinya sekarang tidak ada sesutau.Ini berkawanan dengan kenyataan. Kalau demikian, harus ada sesuatu yang ada sebab tidak mungkin muncul yang ada bila ada pertama itu tidak ada. Sebab, bila pada suatu waktu tidak ada sesuatu, maka tidak mungkin muncul sesuatu yang lain. Jadi, ada pertama itu harus ada karena adanya alam dan isinya ini. Akan tetapi, ada pertama itu, ada yang harus ada itu, dari mana? Terjadi lagi rangkaian penyebab. Kita harus berhenti pada penyebab yang harus ada; itulah Tuhan.
Argumen keempat memperhaitikan tingkatan yang terdapat pada alam ini (lihat Bierman dan Gould: 640). Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya dalam hal kebaikan, keindahan, kebenaran. Ada orang yang dihormati, ada yang lebih dihormati, ada yang terhormat. Ada indah, lebih indah, terindah. Benar juga demikian. Tingkatan tertinggi menjadi sebab tingkatan dibawahnya. Api yang mempunyai panas adalah sebab untuk panas dibawahnya. Yang maha sempurna, Yang maha benar, adalah sebab bagi sempurna dan benar pada tingkatan dibawah-nya. Tuhan, karena itu, adalah tingkatan tertinggi. begitu juga tentang ada. Tuhan memiliki sifat ada yang tertinggi; ada yang dibawahnyadisebabkan oleh ada yang tertinggi itu.
Argumen kelima berdasarkan keteraturan alam (Bierman dan Gould:640-641). Kita saksikan isi alam dari jenis yang tidak berakal bergerak atau bertindak menuju tujuan tertentu, dan pada umumnya berhasil mencapai tujuan itu, sedangkan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tujuan itu. Dari situ kita mengetahui bahwa benda-benda itu diatur oleh sesuatu dalambertindak mencapai tujuannya. Sesuatu yang tidak berakal mestinya tidak mungkin mampu mencapai tujuan. Nyatanya mencapai tujuan. Itu tidak mungkin seandainya tidak ada yang mengarahkan mereka. Yang mengerahkan itu pasti berakal danmengerahui. Kita lihat anak panah diarahkan oleh pemanah. Yang mengarahkan alam semesta dan isinya ini harus ada, harus berakal dan harus berpengetahuan. Itulah Tuhan.
Demikian lima argumen tentang adanya Tuhan. Argumen ini amat terkenal pada Abad pertengahan. Argumenditulis oleh Aquinas dalam summa teologica yang dari sana Mayer menguip. Dapat juga dalamBierman dan Ould sebagaimana dikutip dalam karangan ini; juga boleh diperiksa dalam Randal (1950:271-2). Sebenarnya kelima argumen ini tidak tidak ada yang dapat meyakinkan kita tentang adanya Tuhan. Argumen ontologis dari Anselmus (lihat Bierman dan Gould: 637-8) dan argumen moral dari Kant (lihat uraian selanjutnya) lebih dapat meyakinkan.
assalamu'alaikum wr.wb maaf menurut saya materinya alhamdulillah sudah bagus tapi sayang belum ada fotonya.
BalasHapusterima kasih sebelumnya ya gan.. tp ada hal yg msh membuatku bingung, apakh ajaran2 dr perbedaan kedua filsuf tsb hanya itu sj?
BalasHapus