"الله جميل يحبّ الجمال"

Allah Itu Indah, Mencintai Keindahan

Minggu, 25 Juli 2010

FILSAFAT DAN EPISTIMOLOGI

FILSAFAT DAN EPISTIMOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estika (filsafat keindahan) serta tentang alam maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya.

Filsafat pengetahuan epistimologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?

2. Apa yang dimaksud dengan epistimologi?

3. Apa saja metode-metode dalam epistemologi?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani "philosophia" yang dalam perkembangan berikutnya dikenal dalam bahasa lain seperti falsafah (arab). Pengertian filsafat berdasarkan asal kata disebut di atas akan menghasilkan pengertian yang berbeda dalam makna yang tidak hakiki, jadi perbedaan tersebut hanya bersifat gradesi saja. Istilah philosophia dengan akar kata philien dan sophos berarti mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana, sedangkan philosopie menurut arti katanya adalah cinta akan kebijaksanaan dan berusaha untuk memilikinya. Para filsuf memiliki rumusan atau batasan tersendiri tentang filsafat, perbedaan tanpa bervariasi. Kadang-kadang menyangkut masalah yang esensial, akan tetapi perbedaan tersebut tidak merdasar. Batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yang secara etimologi dan secara terminologi.

1. Secara etimologi

Filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah, ada pula yang berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari bahasa Inggris "philosophy", istilah tersebut memiliki dua unsur yaitu: "philien" dan "sophie" yang berarti cinta, sedangkan Sophia berarti kebijaksanaan. Seorang filsuf mencintai atau mencari kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya.

2. Secara Terminologi

Dalam hal ini para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya yaitu pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan), pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya.

Pada prinsipnya filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, radikal sehingga mencapai hakekat segala situasi tersenbut. Upaya mencapai hakikat sesuatu yang diperkirakan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis abstraksi, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu subtansi dan aksidensi.

a. Subtansi adalah inti mutlak atau hakekat, yaitu suatu hal yang harus ada untuk adanya sesuatu.

b. Aksedensi adalah merupakan hal-hal yang sifatnya kebetulan dan terdiri dari kuantitatif, kualitas, relasi, aksi, pasi, tempat keadaan, kedudukan dan waktu.

Filsafat tersebut disebut Wissenschaftslehre atau "ajaran ilmu pengetahuan" ini bukan suatu pemikiran teoritis tentang struktur dan hubungan ilmu pengetahuan melainkan suatu penyandaran yang metodis di bidang pengetahuan itu sendiri.

B. Pengertian Epistimologi

Epistimologi berasal dari asal kata "Episteme" dan "logos" episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori bahwa efistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan. Beberapa istilah yang sama dengan epistemologi ialah:

1. Gnosiologi

2. Logika material

3. Criteriologi

Dan dalam rumusan lain disebutkan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari soal tentang watak, batas-batas dan berlakunya ilmu pengetahuan apabila keseluruhan rumusan tersebut direnungkan maka dapat dipahami bahwa prinsipnya epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan.

Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar dalam epistemologi sebab hal ini akan mewarnai pemikiran kefilsafatannya pengetahuan didapatkan dari pengamatan inderawi tidak dapat ditetapkan apa yang subyektif dan apa yang obyektif, sedangkan pengalaman dengan akal hanya mempunyai fungsi mekanisme semata-mata, sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan Pengurangan dan yang disebut pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas segala pengamatan, yang disimpan di dalam ingatan dan digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa yang lampau. Sementara itu salah seorang tokoh empirisme yang lain berpendapat dan tidak lebih dari itu. Akal (rasio) adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan, akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri.

Satu-satunya sasaran obyek pengetahuan adalah gagasan-gagasan atau ide-ide yang timbulnya karena pengalaman lahiriyah (sensation) dan karena pengalaman batiniyah (revolution). Pengalaman lahiriyah mengajarkan kepada kita tentang hal-hal yang diluar kita, sedangkan pengalaman batiniyah mengajarkan tentang keadaan-keadaan psikis kita sendiri.

Dikatakan, bahwa sifat pengamatan adalah konkret, artinya: isi yang diamati adalah sesuatu yang benar-benar dapat diamati hanya gagasan-gagasan yang konkretlah yang dapat dipakai untuk memikirkan gagasan-gagasan konkret lainnya.

Pada abad ke 19 muncul tokoh-tokoh filsafat yang memiliki pandangan tersendiri mengenai pengetahuan, sebagai ajaran tentang ilmu pengetahuan dibedakan antara:

a. Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang teoritis

b. Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang praktis

Di dalam bagian yang tepuitis dibicarakan hal metafisika dan ajaran tentang pengenalan, sedangkan di dalam bagian yang praktis dibicarakan hal etika.

Ilmu pengetahuan adalah suatu totalitas dimana segala bagiannya dihubungkan secara organis di bawah satu syarat. Syarat asasi ini tidak dapat diturunkan dari ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi syarat itu mendahului sebagai sesuatu yang tanpa syarat dengan segala pengetahuan digariskan.

C. Metode-Metode Dalam Epistemologi

Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah atau sebagai penyusunan struktur ilmu-ilmu lain dalam filsafat sulit sekali membahas metode sebab terdapat beberapa paham atau aliran filsafat yang pada umumnya memiliki metode tersendiri. Namun, dalam hal ini dapat disebutkan beberapa metode filsafat yaitu: metode kritis, intuitik, skolasatik, geometris, eksprementil, kritis transendental, dialektis dan metode analistik bahasa.

Ada dua metode ilmiah yaitu:

1. Metode Ilmiyah umum

Sistematis metode ilmiah kerap mengacaukan metode-metode umum yang berlaku bagi semua ilmu dan bagi segala pengetahuan dan metode-metode yang hanya berlaku bagi khusus terdapat beberapa unsur umum dalam subyek:

- Bertanya, bersikap ragu-ragu

- Penerapan dan pemahaman (rasional)

- Intuitis (konkret) dan abstraksi (konsepktual)

- Refleksi dan observasi, pengamatan dan desperimen.

Unsur-unsur tersebut semua bersama ditemukan dalam segala gaya berfikir dan pada segala taraf pengetahuan, merupakan unsur-unsur hakiki dan satu pun tidak dapat ditinggalkan, maka tidak diherankan jika unsur-unsur itu juga diuraikan dalam metodologi empiris dan dalam logika.

2. Metode Ilmiah Khusus

Ilmu pengetahuan mempunyai metode dan logika dan dapat juga dapat disebut metode ilmu pasti, metode ilmu alam, metode sosiologi, metode filsafat dan sebagaimana di dalam semua metode ilmiah khusus diterapkan semua unsur metode umum dan dalam rangka metode ilmiah khusus juga menjadi mungkin unsur-unsur tertentu mendapat tekanan dan kedudukan yang berbeda, misalnya induksi mempunyai arti dan fungsi dalam ilmu pasti, ilmu alam, ilmu mendidik, atau dalam filsafat.

Sepanjang sejarah kefilsafatan telah banyak diungkapkan metode filsafat oleh para filsuf, yang muncul pada zaman Francis Becon (renaissance) dan pada zaman Jerman dari Ficthe.

Demikian fakta dasar dalam filsafat terbukti bahwa setiap paham kefilsafatan maupun filsuf memiliki metode kefilsafatan tersendiri yang khas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persoalan tentang pengetahuan (knowledge) menghasilkan cabang filsafat epistemologi yaitu filsafat pengetahuan istilah epistemologi berasal dari akar kata episteme dan logos, episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori. Dalam rumusan masalah yang lebih rinci disebutkan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan.

Persoalan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi yaitu kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis, yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah atau sebagai penyusunan struktur ilmu-ilmu vak.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Ilmu Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta. 1993

P. Hardono Hadi, Epistemologi Filsafat Pengetahu an,Yogyakarta: Kanisus 55281

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon ... klo udah baca posting kami, jangan lupaaaaaaaaaaaa kasi komentar yaaa .... n saran konstruktif ....................


thanks yaa atas komentar kaliaaannnnnnnnnnnnnnn !!!!!