"الله جميل يحبّ الجمال"

Allah Itu Indah, Mencintai Keindahan

Minggu, 25 Juli 2010

EKSISTENSIALISME

EKSISTENSIALISME

A. Pendahuluan

Manusia mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna di jagad raya, dengan alam pikirannya dia dapat mengembangkan segala sesuatu yang diinginkan, segala sesuatu yang diinginkan, segala cara dia lakukan untuk mencapai hasil semaksimal mungkin.

Tuhan menciptakan manusia yang bagaimana (keberadaan seperti apa manusia berada), apakah cara berada manusia sama halnya dengan cara berada makhluk lain "benda-benda".

Jawabannya tentu beraneka ragam dan berbeda pendapat yang mempunyai alasan-alasan tersendiri dalam memperkuat filsafatnya. Hal itu terjadi apabila cara manusia berada di dunia ini (eksistensi) berbeda , seperti halnya : eksistensialisme, materialisme. Dalam filsafatnya tentang keberadaan manusia di dunia.

B. Definisi Eksistensialisme

Mungkin saudara telah banyak mendengar istilah eksistensialisme! eksistensialisme adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkalan kepada eksistensi.

Pada umumnya kata eksistensi berarti keberadaan, akan tetapi di dalam filsafat eksistensialisme ungkapan eksistensi mempunyai arti yang khusus!

Eksistensi adalah cara manusia berada di dalam dunia. Cara manusia berada di dalam dunia berbeda dengan cara benda-benda. Benda-benda tidak sadar akan keberadaannya, tanpa hubungan. Lain halnya dengan cara manusia berada, manusia berada bersama-sama dengan benda-benda itu, benda-benda itu menjadi berarti karena manusia. Untuk membedakan dua cara berada itu di dalam filsafat eksistensialisme dikatakan, bahwa benda-benda "berada" sedang manusia "bereksistensi" jadi manusialah yang bereksistensi.

Kata eksistensi diartikan : manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada, a dapat meragakan segala sesuatu, tetapi satu hal yang pasti, yaitu bahwa ada dirinya itu disebut "aku" dan segala sesuatu di sekitarnya dihubungkan dengan dirinya (mengaku, temannya, dan sebagainya)

Di dalam dunia manusia menentukan keadaannya dengan perbuatan-perbuatannya. ia mengalami dirinya sebagai pribadi dan ia menemukan pribadi dengan seolah-olah keluar dari dirinya sendiri dan menyebutnya diri dengan apa yang diluar dirinya. Ia menggunakan benda-benda yang di sekitarnya. Dengan kesibukannya itulah ia menemukan dirinya sendiri. Ia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya dan sibuk dengan dunia diluarnya, demikianlah ia bereksistensi

Bereksistensi seperti inilah Heidegger di sebut derain (berada disana), yaitu di tempat. Manusia senantiasa menempatkan diri di tengah-tengah dunia di sekitarnya, sehingga dia terlibat dengan alam sekitarnya dan bersatu dengannya. Sekalipun demikian manusia tidak sama dengan dunia sekitarnya benda-benda, sebab manusia sadar akan keberadaannya itu.

Empat pemikiran yang dapat disebut filsafat eksistensialisme, yaitu pemikiran Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Karl Jaspers dan Gabriel Marcell.

  1. Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada, pusat perhatian ini ada pada manusia, oleh karena itu bersifat humanistis
  2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi merencanakan. Setiap saat manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaan.
  3. Di dalam filsafat eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakekatnya manusia terikat kepada dunia dan sekitarnya, terlebih-lebih kepada manusia terikat kepada sesama manusia.
  4. Filsafat eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang kongkrit, pengalaman eksistensial.l hanya arti pengalaman ini berbeda-beda. Heidegger memberi tekanan kepada kematian, yang menyamakan segala sesuatu, Marcel kepada pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada pengalaman hidup yang bermacam-macam seperti kematian, penderitaan, perjuangan dan kesalahan.

Pada umumnya Soren Kierkegarard dipandang sebagai sumber utama filsafat eksistensial, akan tetapi jelas bahwa filsafat fenomenologi Husserl, filsafat hidup Bengson dan metafisika modern membawa pengaruhnya yang besar juga.

Pokok pemikirannya dicurahkan kepada pemecahan yang kongkrit terhadap persoalan yang mengenai arti "berada" ini belum pernah dikemukakan dengan cara yang benar, karena orang telah mengira bahwa ia telah tahu tentang hal itu padahal sebenarnya pengertian kita tentang "berada" hingga kini hanya samar-samar saja[1]

C. Eksistensialisme Sebagai Reaksi Terhadap Materealis

Kaum eksistensialisme merujuk bahwa manusia itu berada di dunia. Apakah artinya jika dalam filsafat eksistensialisme dikatakan bahwa manusia itu berada di dunia? Untuk menjawab pertanyaan ini aliran eksistensialisme bermula dengan menghantam aliran materialisme. Dan memang eksistensialisme adalah suatu reaslisme memerangi pendapat materialisme tentang manusia. Bagaimanakah pandangan materialisme tentang manusia?

Menurut materislisme apakah artinya, jika kita berkata bahwa manusia itu berada di dunia? Dalam pandangan materialisme baik yang kolot maupun yang termodern, manusia itu pada akhirnyatak lain dan tak bukan kecuali benda dunia seperti benda lainnya. Kita berkata "pada akhirnya" atau pada dasarnya-pada prinsipnya, pada instansi yang terakhir. Sebab dalam materialisme juga tidak dikatakan, bahwa manusia itu sama saja dengan kerbau atau lembu. Materialisme tidak berkata bahwa manusia itu sama saja dengan batu atau pohon! Akan tetapi materialisme mengatakan, bahwa pada akhirnya, pada dasarya, atau pada prinsipnya, manusia itu hanya barang material atau dengan kata lain: hanya materi. Tidak lain dari materi, betul-betul hanya materi. Menurut bentuknya dia memang lebih unggul, akan tetapi hakekatnya sama saja. Manusia hanyalah Resultan atau akibat dari proses-proses unsur-unsur kimia.

Dimana letak kesalahan yang dihantam eksistensialisme dari ajaran tersebut? Lihatlah, dalam ajaran materialisme sifat yang khusus, yang memberi cap kepada carannya manusia berada, dilalaikan, disangkal, dihilangkan. Manakah cap atau sifat itu? Pandanglah betul-betul, demikian seru kaum eksistensialisme, pandanglah betul-betul, dunia juga didepannya, manusia itu tidak hanya berada di dalam dunia, dia juga menghadapi dunia.

Manusia adalah subyek "sadar" sadar akan dirinya sendiri, sadar akan obyek-obyek yang dihadapinya. Demikianlah kata seorang eksistensialisme, apa maksud dari semua itu? Dari manakah letak kesalahan materialisme? Seorang eksitensialime merumuskan kesalahan itu dalam suatu rumusan yang sangat singkat. Kesalahan itu terletak pada "Detotalisasi" berarti memungkiri keseluruhan. Maksud dari pada itu ialah : dengan mengatakan bahwa manusia hanyalah materi, materialisme memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Memang pada manusia terdapat unsur jasmani karena itu manusia dapat ditumbangkan seperti besi atau batu. Manusia bertumbuh seperti tumbuhan. Manusia memiliki darah dan daging seperti hewan. Kita dapat berkata, bahwa manusia itu ada di bawah hukuman-hukuman alam, kimia, dan biologi, semua itu benar. Akan tetapi tidaklah benar jika orang berkata bahwa itu sudah semuanya! Bahwa itulah seluruh manusia, bahwa itulah khalifah manusia. Kesalahan ini semakin nampak, jika yang kita pandang itu bukan teori, melainkan perbuatan atau lebih tepat: perlakuan, coba pikirkan jika seorang diperlakukan seperti hewan, jika seorang dianggap & diperlukan sebagai kerbau.

Sebetulnya eksistensialisme bukanlah hanya reaksi terhadap materialisme. Eksistensialisme juga berupa reaksi terhadap idealisme. Materiaslisme dan idealisme adalah dua pandangan yang ekstrim tentang manusia. Materialisme memandang sudah bawah dari manusia dan menganggap sudut itu sebagai atas dari manusia, ialah kesadaran, pikiran dari menganggap aspek ini sebagai seluruh manusia, baik materialisme maupun idealisme adalah: bertentangan dengan eksitensi manusia.

D. Eksistensime Sebagai Reaksi Terhadap Idealisme

Materialisme dan idealisme adalah dua pendapat yang ekstrim tentang manusia dan hidup manusia. Kedua-duanya memuat benih kebenaran, akan tetapi kedua-duanya salah, kedua-duanya membawa kemacetan pikiran. Eksistensialisme adalah jalan keluar dari kemacetan itu.

Menurut materialisme manusia itu hanyalah sesuatu yang hanya ada, tanpa menjadi subyek dan sebaliknya sesuatu sadar akan dirinya sendiri, jadi yang berpikir. Manusia itu adalah sesuatu yang sadar akan dirinya sendiri, sesuatu yang berpikir, itulah aspek yang dilupakan oleh materislime. Akan tetapi sebaliknya, aspek itu dilebih-lebihkan sehingga akhirnya tidak ada barang lain kecuali pikiran.

Istilah idealisme asalnya dari kata eidos, idea, idea, yang berarti buah pikiran, atau juga pikiran. Jika kita berpikir kita mempunyai idea atau gambaran dalam budi kita. Misalnya, kita mempunyai idea tentang tumbuh-tumbuhan, tentang hewan meskipun tidak melihat hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Dalam hidup sehari-hari, kita tidak berfikir tentang idea, atau gambaran dalam budi kita., misalnya kita mempunyai idea tentang tumbuh-tumbuhan. Tentang, hewan meskipun tidak melihat hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Dalam hidup sehari-hari, kita tidak berfikir tentang idea,. Kita bicara tentang barang-barang akan tetapi sama sekali tidak menghiraukan idea !, namun idea itu ada dan mempunyai peranan dalam pengertian kita

Mengerti bagi kita berarti mempunyai idea. Dan jika berarti idea, maka kita tidak mengerti sebab sesuatu. saat pandangan kita diarahkan ke idea. Hal itu berarti idealisme akan tetapi disitulah titik pangkal idealisme.

Menurut aliran idealisme tiap-tiap pikiran tentang dunia luar adalah ninsens-nonsens belaka, jadi harus di mungkiri.

Dalam konsekwensi atau lanjutannya yang logis, pandangan idealisme akan memungkiri adanya manusia lain. Dan memang secara teoritis pernah ada pemungkiran yang demikian itu. Teranglah sekarang apa yang disebut dengan idealisme, biasanya idealisme hanya dipandang sebagai teori tentang pengertian manusia, akan tetapi sebetulnya pandangan tentang seluruh manusia.

Untuk terangnya, dan terutama untuk lebih menerangkan kedudukan eksistensialisme. Ingatilah unsur yang benar adalah bahwa manusia itu juga obyek. Akan tetapi dia bukanlah hanya obyek, manusia juga berupa subyek, dia mengerti, dia menempatkan diri sendiri terhadap segala sesuatu yang dihadapi. Dia menempatkan segala-galanya terhadap diri sendiri. Dia memberi tempat dan memberi arti, dengan demikian dia hidup dalam realitas.

Dimanakah letak kesalahan idealisme ? idealisme memandang manusia hanya sebagai subyek, dan akhirnya hanya sebagai kesadaran, idealisme lupa, bahwa manusia hanya bisa berdiri sebagai subyek karena menghadapi obyek. Jadi manusia hanya berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan realitas dan sekitarnya. Sebaliknya materialisme hanya mau melihat manusia sebagai obyek. Materialisme lupa, bahwa barang-barang di dunia hanyalah menjadi obyek karena adanya obyek

Baik idealisme maupun materialisme adalah sistem yang mengandung kontradiksi atau pembantahan diri sendiri. Maka menjadi teranglah kedudukan eksistensialisme, jika kita pandang terhadap dua sesatan itu. untuk mengatasinya eksistensialisme memandang eksistensialisme atau cara manusia berada.

E. Eksistensialisme dan Jiwa Filsafat

Eksistensialisme ialah cara manusia berada. Cara itu adalah khusus hanya manusia. Cara itu adalah menusia dengan keluar dari sendiri. Artinya : lihatlah manusia itu sadar akan diri sendiri, dia berkata "dia menempatkan, memasang akunya, di alam realitas". Dia menempatkan diri sendiri dan bagaimanakah semua itu terjadi ? karena manusia sibuk dengan barang lain, dengan barang luar karena dia mendekati dan melekatkan diri kepada barang luar. Hanya dengan demikianlah dia sampai ke diri sendirinya.

Manusia hanyalah dapat mengalami diri sendiri dengan dalam mengalami barang lain dengan demikian tertangkaplah sedikit apa yang di sebut eksistensi. Apakah artinya, jika kita berkata bahwa eksistensi itu menjadi jiwa dai eksistensilisme.

Dalam sejarah kita melihat macam-macam aliran filsafat, yang menjadi pangkalan suatu visi atau pandangan yang azas. Visi atau pandang yang azasi tentang realitas, baik realitas manusia sendiri, maupun realitas manusia sendiri, maupun realitas semesta.

Realitas itu adalah sangat kompleks, sebab itu pandangan yang azasi itu adalah kontak yang pertama.

Apakah yang menjadi dasar jiwa filsafat, prinsip yang azasi itu ialah : aku berfikir, jadi aku ada. Disini teranglkan bahwa pengertian tersebut menjadi pangkalan dan jiwa filsafat.

Setiap orang berhadapan dengan realitas semesta. Dia berhadapan jadi dia mengerti, pengertiannya itu adalah sangat kompleks, sangat padat. Tidak seluruhnya dapat dirumuskan. Tidak semua segi atau aspek sama-sama menonjol ke atas, ada yang lebih terang dan ada yang kurang terang.

Demikianlah contoh untuk memperlihatkan, bahwa filsafat berpangkalan kepada suatu kebenaran mungkin kurang tepat, Yang di sebut kebenaran yang fundamental. Istilah kebenaran mungkin kurang tepat yang disebut kebenaran yang fundamental adalah rumusan dari pengalaman yang fundamental, pengalaman yang asasi.

Bagi eksitensialime yang menjadi pangkal-pangkal dan jiwa dari seluruh filsafat ialah eksistensi "jasa dari filsafat baru ialah terletak dalam sumber penyelidikannya, sumber itu ialah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berpikir tentang manusia. Demikianlah kata Meleau Ponty, seorang tokoh dari eksisensialisme. Renungkanlah sebentar, bahwa eksistensialisme merupakan suatu pengalaman yang fundamental. Kita manusia dalam hidup kita sehari-hari mengalami apa saja. Tak terhitunglah jumlah pengalaman dan obyeknya. Tiap-tiap perbuatan adalah pengalaman akan tetapi dalam banyak pengalaman yang seribu satu macam ada faktor yang tetap ialah kita selalu mengalami diri kita sendiri. Dalam semua perbuatan manapun juga selalu termuat kejadian bahwa manusia menjadi sadar akan diri sendiri dan karena sibuk dan sadar tentang barang lain. Jadi, dengan keluar dari diri sendiri, itulah yang dikatakan eksistensi. Nampaklah sekarang bahwa eksistensi ialah peristiwa yang azasi, pengalaman yang asasi, dan bahwa pengertian tentangnya juga merupakan pengertian yang azasi.

Kita menggunakan isitilah azasi, fundamental akan tetapi janganlah azas dan fungdemental itu dengan tepat disamakan dengan fundamental dari gedung. Di situ fundamental tetap ada di bawah, tidak menjiwai seluruh gedung. Melainkan hanya mendukung. Tidak demikianlah halnya dengan eksistensi. Eksistensi janganlah dipandang sebagai sesuatu yang meletak di bawah. Eksistensi juga menjiwai semua dan seluruh perbuatan manusia untuk mengerti hal ini ingatlah bahwa bereksistensi berarti sadar atas diri sendiri. Dengan kata lain bereksistensi manusia memberi arti-arti kepada barang lain.[2]



[1] Lihar Prof. Dr.N Drijarkara S.J. Dalam Percikan Filsafat. Sagalen (Purworejo, 1964)

[2] Dr. Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 2. (Wirosari, 1915).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon ... klo udah baca posting kami, jangan lupaaaaaaaaaaaa kasi komentar yaaa .... n saran konstruktif ....................


thanks yaa atas komentar kaliaaannnnnnnnnnnnnnn !!!!!