Budaya Islam Dalam Kontek Global
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia dengan kemapuan akalnya atau budinya , telah mengembangkan berbagai macam sistem tindakan demi keperluan hidupnya sehingga menjadi manusia yang dapat hidup sejahtera damai sentosa. Dalam Ilmu antropologi ada berbagai macam cara hidup manusia dengan sistem tindakan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu maka sangat penting untuk belajar sesuatu yang dapat dapat membatasi berbagai tindakan yang sifatnya universal tersebut dengan pendidikan yang Islami segingga dapat membentuk ” kebudayaan atau culture yang Islami juga.
Namun kenyataannya pada saat ini banyak kita jumpai terutama setelah banyaknya isu-isu budaya gelobal yang lagi hangat dan menggema di dunia ini, banyak para manusia baik muada atau mudi yang mengembangkan suatu budaya yang mereka anggap maju dan trendy ternyata setelah kita teliti dan kita kembali membaca sejarah banyak kebudayaan jahiliyah yang baru terbongkar pada saat ini diantaranya mereka sudah tidak tahu budaya pergaulan yang Islami, serta tidak tahu cinta kasih sanyang yang Islami. Dan yang banyak lagi generasi muda sekarang sudah tidak lagi memikirkan bagai mana budaya yang Islami terutama dalam masalah cinta dan kasih sanyang . Hal ini penting untuk dibahas karena dalam kehidupan tanpa cinta dan kasih sanyang akan terjadi kehampaan dan tindakan tersebut adalah merupakan sebagaian dari pada budaya yang seharusnya harus kita tanamkan dan kita lestarikan bersama dalam menghadapi jaman glonbalisasi.
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa latar belakang yang tersebut diatasa maka dapat penulis rumuskan dalam makalah ini ”Bagaimana Budaya Islam Dalam Kontek Global ”
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin mengetahui :
1. Apa budaya Islam
2. Konsep kebudayaan dalam Islam
3. Prinsip-prinsip kebudayaan Islam
4. Budaya Islam dalam Konteks global
BAB II
PEMBAHASAN
A. Budaya Islam
Kebudanyaan sebelum dibahas secara Islami maka akan lebih jelas jika di bahas secar umum dulu kebudayaan menurut edward B. Tylor, adalah keseluruhan yang kompleks, mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyaraakat.
Pengertian kebudayaan yang dinyatakan oleh edward B. Tylor tersebut mencakup beberapa faktor daiantaranya:
5. Kebudayaan adalah suatu kesatuan dan satu gambaran.
6. Kebudayaan meliputi satu ikatan hasil karya yang bersifat psikis sehingga tidak dapat dilihat secara nyata , namun lebih merupakan exspresi secara emosional maupun mental.
7. Kebudayaan terdiri dari hal-hal yang sufatnya material, kesenian atau perilaku, dan moral dalam keluarga.
8. Kebudayaan merupakan penekanan pada perbuatan manusia yang mengarah kepada keteraturan dan kesinambungan tertentu yangberwujut adat, kepandaian hal yang biasa terjadi ; sehngga bukan suatu hal yang berdiri sendiri-sendiri.
B. Konsep Kebudayaan Dalam Islam
Kebudayaan Islam merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat Ideal , sempurna, praktis, aktual, diakui keberadaanya dan senantiasa diekspresikan. Sistem yang edial berdasarkan pada hal- hal yang biasa terjadi dan berkaitan dengan yang aktual Sistem Islam menerapkan dan menjanjikan perdamaian dan stabilitas dimanapun manusia berada, karena pada hakekatnya menusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah SWt., yang berbeda justru haya terletak pada unsur-unsur keimanan dan ketaqwaannya saja. Dalam perkembangan kebudayaan Islam membutuhkan petunjuk wahyu berupa firman-firman Allah SWT., yang terdapat di dalam alQur’an dan al Hadist nabi Muhammad SWT., serta yang betujuan haya untuk beribadah kepada Allah semata-mata. Islam dalam hal ini bermanfaat untuk memberikan petunjuk kepada manusia dalam upaya neumbuhkembangkan akal budi sehingga memperoleh kebudayaan yang memenuhi aturan-aturan dan norma-norma agama.
Perkembangan kebudayaan yang didasari dengan nilai-nilai keagamaan menunjukkan agama memiliki fungsi yang demikian jelas. Maju mundurnya kehidupan umat manusia disebabkan adanya hal hal yang terbatas dalam memcahkan berbagai macam persoalan dalam hidup dan kehidupan manusia sehingga dibutuhkan suatu petunjuk berupa wahyu Allah serta sabda Nabi Muhammad sebagai asas kebudayaan manusia Islam, yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi suatu peradaban yaitu peradaban atau budaya yang Islami.
Masyarakat adalah merupakan ajang kebudayaan dan kebudayaan ada dan terwujud karena adanya hubungan antara manusia yang satu dengan lainnya. Dalam hubungan tersebut timbullah prilaku, cita-cita, dan hasil karya, yang semua hal tersebut mewujudkan kebudayaan. Tingkah laku, perbuatan dan hasil karya disebut amal, Taqwa yang mempuyai sifat pasif menjadi aktif dalam bentuk amal, begitu juga cinta kasih dalam hubungan manusia dengan lainnya yang bersifat fositif juga merupakan amal permuatan yang merupakan sebagian dari budaya. Kebudayaan timbul karena adanya kesatuan sosial. Kesatuan sosial dapat terwujud karena adanya hubungan antara manusia dengan manusia dan kesatuan kehidupan akan bermanfaat jika adanya hubungan antara manusia dan manusia serat adanya hubungan antara manusia dengan tuhannya, sehingga tercipta, rasa, karsa manusia yang berakal sempurna. Hal ini merupakan kesinambungan adanya hubungan tersebut yang melahirkan adanya hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
C. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam
Hakekat pengamalan hidup keagamaan dalam Islam adalah tauhid yaitu merupakan suatu pngakuan dan menyakini bahwa tidak ada tuhan selain Allah , dan Muhammad adalah Utusan Allah. Sehingga dengan demikian maka dalam kebudayaan Islam segalanya harus berprinsip pada aturan Allah dan rasulnya sehingga dengan demikian maka prinsip dalam budaya Islam itu terdiri dari:
1. Tuhan dalam Islam hayalah Allah saja, sehingga semua perintah Allah diperlu-kan bagi seluruh manusia dimanapun mereka berada, hal tersebut melingkupi seluruh manusia baik sebagai subjek(melaksanakan perintah-perintah Allah) dan juga sebagai objek(semua perintah Allah dilaksanakan manusia.
2. Persaudaraan Universal yang disebabkan oleh ketauhitan sehingga dalam budaya Islam suatu kelompok bukan berlandaskan pada suku atau ras, namunberlandaskan pada agama yaitu pada aturan agama Islam yaitu sesuatu yang tidak bertentangan dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.
3. Ikatan persaudaraan secara universal di dalam Islam dapat ditunjukkan pada jaman Nabi Muhammad Saw. Sewtelah hijrah dari Mekkah ke Madinah mengadakan suatu piagam perjanjian antara-orang-orang Yahudi denganUmat Islam, yang dikenal dengan piagam Madinah dan merupakan pertama kali di dunia yang diupayakan Islam untuk membangun dunia bagi semua umat manusia. Sehingga negara Islam mempuyai kewajiban serta tanggung jawab agar tetap memberikan kemerdekaan , ketentraman suasana yang dibutuhkan bagi kesejahteraan serta perkembanganya. Dengan kata lain dengan munculnya Islam timbul budaya baru yaitu adanya pranata perdamaian yang harus diberikan kepada semua orang tanpa perkecualian.
D. Budaya Islam dalam Konteks Global
Gelobalisasi secara sederhana dapat disebutkan dengan suatu kata ” mendunia” Artinya sistem kehidupan internasional, lintas bangsa, negara budaya dan agama .Implikasi gelobalisasi sangat luas memasuki aspek kehidupan , baik dalam kelompok sosial , suku keluarga bahkan individu . Mobilitas dan dinamika globalisasi semakin sulit dideteksi , di prediksi serta diantisipasi dengan panca indra. Sejak abab ke-20 yang di tandai oleh robohnya tembok berlin pada tahun 1989 dunia benar-benar menjadi “dunia tampa batas” Hal ini disebabkan oleh kemajuan sain dan teknologi yang terus bergulir , terutama teknologi Informasi.
Globalisasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah gelobalisasi budaya yaitu suatu sistem kehidupan budaya baik dalam kelompok sosial, suku atau individu yang Islami, namun dalam pembahasan budaya Islam dalam kontek gelobal penulis menitik di titik beratkan dalam masalah hubungan manusia dengan manusia yaitu hubungan manusia dan cinta kasih yang merupakan suatu cipta rasa dan karsa atau budaya yang selalu ada pada diri manusia yang berakal normal. Karena sebagaimana kata sastrawan yang selalu menggema dalam kehidupan ini yaitu “hidup tanpa cinta bagaikan taman tak berbunga”. Terutama dalam kehidupan gelobal ini memang selayaknya hubungan cinta harus di tamamkan dan dilestarikan untuk mempertahankan budaya Islam Karena dengan tertanamnya rasa cinta pada suatu budaya Islami, suatu bangsa akan bisa buta dan tuli terhadap datangnya budaya bangsa atau budaya suku lain yang kurang Islami atau tidak Islami.
Sebagaimana dalam sebuah buku karya Ibnu Qaiyyim al-Jauziyah dikatakan bahwa hati seseorang akan menjadi buta untuk melihat orang yang dicintai, dan tuli untuk mendengar selainnya seperti yang dikatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ahmad,
حبك للشيئ يعمى و يصم ( رواه احمد )
“ Kecintaanmu terhadap sesuatu bisa membuat buta dan tuli ( Diriwayatkan Ahmad)
Dari hadist tersebut dapatlah penulis katakan bahwa dalam kehidupan yang semakin berkembang secara gelobal dengan kata lain berkembang sainnya, serta berkembang pula kuantitas bangsanya , serta budaya yang dipengaruhi oleh berkembangnya ilmu pengetahuan yang didapat, dengan seharusnya dan amat penting untuk menanamkan rasa cinta dalam kehidupan yang penuh budaya ini, karena hidup natpa cinta itu kosong dan tiada arti.
Karena manusia di dunia tidak hanya seorang diri melainkan selalu melibatkan pihak lain. Dengan istilah cinta tersebut haruslah diartikan, baik mencintai maupun dicintai belumlah dapat dikatakan sempurna hidup seseorang jika dalam kehidupannya tidak pernah di hampiri atau dihinggapi perasaan cinta. Karena dengan cinta itulah kehidupan ini ada. Bukankah kita lihat pada masa gelobalisasi saat ini , manusia berbuat dan melakukan sesuatu karena dorongan perasaan cinta? Contoh pada muda-mudi yang telah terkontaminasi budaya Asing mereka melakukan dan memakai baju yua keen see, Rok mini, dan celana ketat, serta berrambut pangrok, atau rambut model orang-orang imperialis romawi yang seperti rambut kuda, dan lain-lain. Itu semua mereka lakukan karena mereka cinta dan menyukai budaya yang kurang Islami tersebut sera karena mereka kurang mengerti cara budaya berpakaian yang Islami.
Dari beberapa contoh dan istilah cinta tersebut diatas maka tidak salah kiranya jika penulis katakan karena cinta itulah kehidupan ini ada. Bukankah manusia berbuat dan melakukan sesuatu karena dorongan perasaan cinta. Bahkan hal ini tidak hanya dilakukan oleh manusia , hewanpun sesungguhnya berbuat sesuatu atas dorongan parasaan cinta. Namun ada perbedaannya, manusia berbuat atas kesadaranya atau akalnya, sedangkan hewan berbuat karena nalurinya.
Dalam diri setiap manusia terdapat dua sumber kekuatan yang menggerakkannya untuk berbuat atau bertingkah laku, termasuk untuk mencintai dan dicintai . Dua sumber itu adalah akal dan budi di satu pihak, dan nafsu dipihak lain Jadi perasaan cinta dapat dipengaruhi oleh dua sumber , yaitu perasaan cinta yang digerakkan oleh akal budi tanpa pamrih atau cinta sejati, sedangkan cinta kedua adalah cinta nafsu atau cinta pamrih. Oleh Prof Dr. Louis L SJ., menyatakan bahwa cinta tanpa pamrih disebut cinta kebaikan hati , sedangkan cinta nafsu atau cinta berpamrih disebut cinta utilitaris atau yang bermanfaat, artinya yang mengindahkan kepentingan diri sendiri. Atau bisa disebut orang dengan istilah cinta karena ada maksud yang tersembuyi.
Sesuai dengan jumlah mayoritas Islam di negara Indonesia ini kita manusia sebagai pengemban nilai mural , manusia harus selalu berusaha agar perasaan cinta yang tumbuh dalam hati tidak jatuh kelembah cinta yang tidak sesuai dengan nilai nilai keislaman sehingga dapat melahirkan budaya yang Islami. Dan jangan sampai cinta yang seharusnya tanpa pamrih jatuh kelembah cinta nafsu apalagi sampai tak bermural atau tidak Islami. Perasaan antyar sesama manusia hendaknya perasaan cinta yang berangkat dari dasar rasa tepo seliro. Dengan cara menempatkan diri kita pada diri orang lain. Dengan demikian kita merasa satu dengan orang yang kita cintai. Namun kesatuan yang terjadi bukanlah kesatuan yang simbolik . Bukanlah kesatuan yang saling bergantung dan saling menguntungkan, Juga bukan kesatuan yang bersifat kepatuhan. Keasatuan dalam cinta yang kita tumbuhkan haruslah yang tetap menjamin kepribadian dan individualitas masing-masing.
Dalam budaya cinta kasih atau cinta sejati tidak ada kehendak untuk memiliki apa lagi untuk menguasai. Yang ada hayalah solidaritas, rasa senasip dan sepenanggungan dengan orang yang kita cintai dan tumbuh secara wajar serta bersifat suka rela. Menurut said” cinta kasih atau sejati tidak menimbulkan kewajiban , melainkan tanggunga jawab. Dengan kata lain cinta sejati adalah adalah rasa cinta yang tulus dan tidak memerlukan atau menuntut balas. Ia lebih banyak memberi dari pada menerima
Demikianlah wujud cinta terhadap sesama manusia yang harus kita tumbuhkan dalam hati nurani. Cinta kasih atau cinta sejati adalah cinta kemanusia yang tumbuh dan berkembang dalam lubuk sanubari setiap manusia, bukan dorongan suatu kepentingan melainkan atas dasar kesadaran bahwa pada hakekatnya manusia itu satu. Dan akan kembali pada yang satu sehingga dengan seharusnya dalam kehidupannya untuk selalu berpedoman dan berpengangan pada aturan dan ketetapan zat yang maha satu ya itu Allah Swt.
Cinta kasih itu adalah merupakan rahmatal lil alamin yang bermanfaat dan meliputi dunia gelobal, tanpa melihat suku bangsa. Warna kulit baik hitam atau putih, dan sebagainya tanpa mengenal batas waktu, namun terbatas dengan ajaran Islam. Cinta kasih bersifat abadi , karena tidak bergantung kepada sesuatu yang ada dan melekat pada sesuatu yang ia cintai . cinta kasih keberadaannya bukan disebabkan oleh unsur-unsur yang bersifat exsternal, yang ada diluar diri kita, melainkan unsur-unsur yang bersifat internal yang bersemayam dan berkembang di dalam diri kita masing-masing. Dan dalam cinta kasih tidak mengenal iri, cemburu, persaingan dan lain sebagainya. Yang ada adalah perasaan yang sama dengan perasaan yang dicintai. Mengapa harus demikian? ia Karena dirinya adalah diri kita, gembiranya adalah gembira kita. Bagi cinta kasih pengorbanan adalah suatu kebahagiaan. Sebaliknya, ketidakmampuan membahagiakan atau paling tidak merngankan beban yang di cintai atau dikasihi adalah suatu penderitaan.
Demikian juga dalam generasi Muslim hendaknya untuk selalu menjaga kesenangan maha penciptanya buka malah melakukan atau membudayakan pekerjaan yang menjadikan sang pencipta murka jika kita memang mencintai, dan dengan seharusnya untuk mengabdi dan mengorbankan jiwa raga ini untuk yang sepantasnya kita cintai selama-lamanya.
BAB III
PENUTUP
Kini kita tidak punya alasan sedikitpun untuk takut dengan globalisasi, karena hal itu telah, sedang, dan akan terjadi. Persoalannya adalah bagaimana mencari formula interaksi dan isolasi yang cocok dan serasi dengan budaya kita yaitu budaya yang Islami yang tidak bertentang aturan Allah dan Rasulnya didalam menjalankan cinta dan kasih sanyang dalam kehidupan. Namun kuncinya adalah pengetahuan, kedalaman wawasan tentang agama Islam, ketajaman visi, dan, kesadaran dan ketahanan budaya. Tidak ada yang kekal di bawah matahari, karena kebudayaan itu sendiri adalah dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah , Taman orang-orang jatuh Cinta dan memendam rindu.(Jakarta,Darul Falah,2007.).
Koentjoro ningrat, Pengantar Ilmu Antropologi , (Jakarta, Pt Rineka Cipta, 2002)
Komaruddin Hidayat, M Masthuhu, Sistyem Pendidikan Visioner, Lentera hati , (Jakarta, 2007)
Kenichi Ohmae, Dunia Tanpa batas, Alib bahasa FX Budyanto( Jakarta, Bina putra Aksara, 1991)
Mustofa Ahmad, ilmu Budaya Dasar, ( Bandung, Puistaka setia,1999).
Tim Dosen Agama Islam UGM, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta, Badan Penerbit Filsafat Ugm
Globalisasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah gelobalisasi budaya yaitu suatu sistem kehidupan budaya baik dalam kelompok sosial, suku atau individu yang Islami, namun dalam pembahasan budaya Islam dalam kontek gelobal penulis menitik di titik beratkan dalam masalah hubungan manusia dengan manusia yaitu hubungan manusia dan cinta kasih yang merupakan suatu cipta rasa dan karsa atau budaya yang selalu ada pada diri manusia yang berakal normal. Karena sebagaimana kata sastrawan yang selalu menggema dalam kehidupan ini yaitu “hidup tanpa cinta bagaikan taman tak berbunga”. Terutama dalam kehidupan gelobal ini memang selayaknya hubungan cinta harus di tamamkan dan dilestarikan untuk mempertahankan budaya Islam Karena dengan tertanamnya rasa cinta pada suatu budaya Islami, suatu bangsa akan bisa buta dan tuli terhadap datangnya budaya bangsa atau budaya suku lain yang kurang Islami atau tidak Islami.
Sebagaimana dalam sebuah buku karya Ibnu Qaiyyim al-Jauziyah dikatakan bahwa hati seseorang akan menjadi buta untuk melihat orang yang dicintai, dan tuli untuk mendengar selainnya seperti yang dikatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ahmad,
حبك للشيئ يعمى و يصم ( رواه احمد )
“ Kecintaanmu terhadap sesuatu bisa membuat buta dan tuli ( Diriwayatkan Ahmad)
Dari hadist tersebut dapatlah penulis katakan bahwa dalam kehidupan yang semakin berkembang secara gelobal dengan kata lain berkembang sainnya, serta berkembang pula kuantitas bangsanya , serta budaya yang dipengaruhi oleh berkembangnya ilmu pengetahuan yang didapat, dengan seharusnya dan amat penting untuk menanamkan rasa cinta dalam kehidupan yang penuh budaya ini, karena hidup natpa cinta itu kosong dan tiada arti.
Karena manusia di dunia tidak hanya seorang diri melainkan selalu melibatkan pihak lain. Dengan istilah cinta tersebut haruslah diartikan, baik mencintai maupun dicintai belumlah dapat dikatakan sempurna hidup seseorang jika dalam kehidupannya tidak pernah di hampiri atau dihinggapi perasaan cinta. Karena dengan cinta itulah kehidupan ini ada. Bukankah kita lihat pada masa gelobalisasi saat ini , manusia berbuat dan melakukan sesuatu karena dorongan perasaan cinta? Contoh pada muda-mudi yang telah terkontaminasi budaya Asing mereka melakukan dan memakai baju yua keen see, Rok mini, dan celana ketat, serta berrambut pangrok, atau rambut model orang-orang imperialis romawi yang seperti rambut kuda, dan lain-lain. Itu semua mereka lakukan karena mereka cinta dan menyukai budaya yang kurang Islami tersebut sera karena mereka kurang mengerti cara budaya berpakaian yang Islami.
Dari beberapa contoh dan istilah cinta tersebut diatas maka tidak salah kiranya jika penulis katakan karena cinta itulah kehidupan ini ada. Bukankah manusia berbuat dan melakukan sesuatu karena dorongan perasaan cinta. Bahkan hal ini tidak hanya dilakukan oleh manusia , hewanpun sesungguhnya berbuat sesuatu atas dorongan parasaan cinta. Namun ada perbedaannya, manusia berbuat atas kesadaranya atau akalnya, sedangkan hewan berbuat karena nalurinya.
Dalam diri setiap manusia terdapat dua sumber kekuatan yang menggerakkannya untuk berbuat atau bertingkah laku, termasuk untuk mencintai dan dicintai . Dua sumber itu adalah akal dan budi di satu pihak, dan nafsu dipihak lain Jadi perasaan cinta dapat dipengaruhi oleh dua sumber , yaitu perasaan cinta yang digerakkan oleh akal budi tanpa pamrih atau cinta sejati, sedangkan cinta kedua adalah cinta nafsu atau cinta pamrih. Oleh Prof Dr. Louis L SJ., menyatakan bahwa cinta tanpa pamrih disebut cinta kebaikan hati , sedangkan cinta nafsu atau cinta berpamrih disebut cinta utilitaris atau yang bermanfaat, artinya yang mengindahkan kepentingan diri sendiri. Atau bisa disebut orang dengan istilah cinta karena ada maksud yang tersembuyi.
Sesuai dengan jumlah mayoritas Islam di negara Indonesia ini kita manusia sebagai pengemban nilai mural , manusia harus selalu berusaha agar perasaan cinta yang tumbuh dalam hati tidak jatuh kelembah cinta yang tidak sesuai dengan nilai nilai keislaman sehingga dapat melahirkan budaya yang Islami. Dan jangan sampai cinta yang seharusnya tanpa pamrih jatuh kelembah cinta nafsu apalagi sampai tak bermural atau tidak Islami. Perasaan antyar sesama manusia hendaknya perasaan cinta yang berangkat dari dasar rasa tepo seliro. Dengan cara menempatkan diri kita pada diri orang lain. Dengan demikian kita merasa satu dengan orang yang kita cintai. Namun kesatuan yang terjadi bukanlah kesatuan yang simbolik . Bukanlah kesatuan yang saling bergantung dan saling menguntungkan, Juga bukan kesatuan yang bersifat kepatuhan. Keasatuan dalam cinta yang kita tumbuhkan haruslah yang tetap menjamin kepribadian dan individualitas masing-masing.
Dalam budaya cinta kasih atau cinta sejati tidak ada kehendak untuk memiliki apa lagi untuk menguasai. Yang ada hayalah solidaritas, rasa senasip dan sepenanggungan dengan orang yang kita cintai dan tumbuh secara wajar serta bersifat suka rela. Menurut said” cinta kasih atau sejati tidak menimbulkan kewajiban , melainkan tanggunga jawab. Dengan kata lain cinta sejati adalah adalah rasa cinta yang tulus dan tidak memerlukan atau menuntut balas. Ia lebih banyak memberi dari pada menerima
Demikianlah wujud cinta terhadap sesama manusia yang harus kita tumbuhkan dalam hati nurani. Cinta kasih atau cinta sejati adalah cinta kemanusia yang tumbuh dan berkembang dalam lubuk sanubari setiap manusia, bukan dorongan suatu kepentingan melainkan atas dasar kesadaran bahwa pada hakekatnya manusia itu satu. Dan akan kembali pada yang satu sehingga dengan seharusnya dalam kehidupannya untuk selalu berpedoman dan berpengangan pada aturan dan ketetapan zat yang maha satu ya itu Allah Swt.
Cinta kasih itu adalah merupakan rahmatal lil alamin yang bermanfaat dan meliputi dunia gelobal, tanpa melihat suku bangsa. Warna kulit baik hitam atau putih, dan sebagainya tanpa mengenal batas waktu, namun terbatas dengan ajaran Islam. Cinta kasih bersifat abadi , karena tidak bergantung kepada sesuatu yang ada dan melekat pada sesuatu yang ia cintai . cinta kasih keberadaannya bukan disebabkan oleh unsur-unsur yang bersifat exsternal, yang ada diluar diri kita, melainkan unsur-unsur yang bersifat internal yang bersemayam dan berkembang di dalam diri kita masing-masing. Dan dalam cinta kasih tidak mengenal iri, cemburu, persaingan dan lain sebagainya. Yang ada adalah perasaan yang sama dengan perasaan yang dicintai. Mengapa harus demikian? ia Karena dirinya adalah diri kita, gembiranya adalah gembira kita. Bagi cinta kasih pengorbanan adalah suatu kebahagiaan. Sebaliknya, ketidakmampuan membahagiakan atau paling tidak merngankan beban yang di cintai atau dikasihi adalah suatu penderitaan.
Demikian juga dalam generasi Muslim hendaknya untuk selalu menjaga kesenangan maha penciptanya buka malah melakukan atau membudayakan pekerjaan yang menjadikan sang pencipta murka jika kita memang mencintai, dan dengan seharusnya untuk mengabdi dan mengorbankan jiwa raga ini untuk yang sepantasnya kita cintai selama-lamanya.
BAB III
PENUTUP
Kini kita tidak punya alasan sedikitpun untuk takut dengan globalisasi, karena hal itu telah, sedang, dan akan terjadi. Persoalannya adalah bagaimana mencari formula interaksi dan isolasi yang cocok dan serasi dengan budaya kita yaitu budaya yang Islami yang tidak bertentang aturan Allah dan Rasulnya didalam menjalankan cinta dan kasih sanyang dalam kehidupan. Namun kuncinya adalah pengetahuan, kedalaman wawasan tentang agama Islam, ketajaman visi, dan, kesadaran dan ketahanan budaya. Tidak ada yang kekal di bawah matahari, karena kebudayaan itu sendiri adalah dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah , Taman orang-orang jatuh Cinta dan memendam rindu.(Jakarta,Darul Falah,2007.).
Koentjoro ningrat, Pengantar Ilmu Antropologi , (Jakarta, Pt Rineka Cipta, 2002)
Komaruddin Hidayat, M Masthuhu, Sistyem Pendidikan Visioner, Lentera hati , (Jakarta, 2007)
Kenichi Ohmae, Dunia Tanpa batas, Alib bahasa FX Budyanto( Jakarta, Bina putra Aksara, 1991)
Mustofa Ahmad, ilmu Budaya Dasar, ( Bandung, Puistaka setia,1999).
Tim Dosen Agama Islam UGM, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta, Badan Penerbit Filsafat Ugm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar